Bisnis.com, JAKARTA – Federal Reserve Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan siap untuk menurunkan suku bunga acuannya dalam rapat kebijakan yang akan berlangsung pada 17-18 Maret 2020.
Gubernur The Fed Jerome Powell membuka peluang pemangkasan suku bunga tersebut dengan mengeluarkan pernyataan pada Jumat (28/2/2020) untuk "bertindak sesuai” demi mendukung ekonomi.
Dorongan penurunan suku bunga acuan meningkat seiring dengan anjloknya bursa saham AS akibat tertekan kekhawatiran investor atas dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19) terhadap ekonomi AS dan global.
Para pedagang dan bank-bank di Wall Street kini mengharapkan bank sentral AS itu untuk menurunkan suku bunga acuan dalam beberapa pekan mendatang.
Pada Minggu (1/3/2020), ekonom Goldman Sachs Group berpendapat bahwa The Fed bahkan mungkin akan bertindak sebelum jadwal pertemuan resminya dan kemungkinan sejalan dengan bank-bank sentral di negara lain.
Namun, yang diragukan adalah seberapa besar dampak penurunan suku bunga akan benar-benar terlihat di tengah keadaan darurat kesehatan yang mengancam akan mengurangi penawaran dan permintaan dalam perekonomian ini.
Baca Juga
Tak peduli apa yang dilakukan The Fed, pabrik-pabrik tidak dapat mengeluarkan barang jika tidak bisa mendapatkan bahan yang dibutuhkan dari luar negeri. Konsumen juga kecil kemungkinan akan merogoh koceknya jika takut untuk keluar rumah.
Meski demikian, kredit yang lebih murah masih dapat membantu mendorong rebound ekonomi dan mengembalikan kepercayaan publik begitu virus itu bisa dikendalikan. The Fed juga dapat membatasi kerugian akibat kondisi keuangan yang lebih ketat pada perekonomian.
"Kebijakan moneter tentu tidak dapat secara signifikan mempengaruhi bagaimana virus menyebar. Tapi itu tidak berarti kamu tidak melakukan apa-apa. Kamu masih melakukan apa yang kamu bisa,” ujar mantan Gubernur The Fed Laurence Meyer, seperti dilansir Bloomberg.
Intervensi yang disampaikan Powell sebelum penutupan pasar saham pada Jumat (28/2) menandai perputaran tajam dari pesan para pembuat kebijakan sebelumnya bahwa masih terlalu dini untuk menilai dampak ekonomi dari wabah virus corona.
Harga saham di AS melambung menyusul pernyataan Powell. Indeks S&P 500 berakhir 0,8 persen lebih rendah pada Jumat, setelah sempat anjlok 3 persen. Sepanjang pekan lalu, bursa saham AS mencatat kinerja mingguan terburuknya sejak krisis finansial 2008.
Komentar Powell juga memicu keraguan atas ekspektasi The Fed dapat mempertahankan kebijakan suku bunganya pada tahun 2020 setelah melakukan pemangkasan sebanyak tiga kali tahun lalu.
Peter Hooper, mantan pejabat The Fed yang kini adalah kepala riset ekonomi global untuk Deutsche Bank AG, memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan Maret dan April.
Sementara itu, analis di Bank of America Corp memprediksi penurunan sebesar 50 basis poin bulan ini dan Goldman Sachs Group Inc. melihat pengurangan sebesar 50 basis poin pada 18 Maret dan total 100 basis poin hingga Juni 2020.
Mereka juga melihat kemungkinan langkah pemangkasan serupa dari kawasan euro, Kanada, dan Inggris Raya, di antaranya. Terakhir kali, bank-bank sentral melancarkan penurunan suku bunga secara terkoordinasi pada tahun 2008.
"Bank-bank sentral global sangat fokus pada risiko penurunan dari virus. Kami menduga mereka melihat dampak dari langkah yang terkoordinasi pada kepercayaan diri lebih besar ketimbang besarnya dampak dari setiap gerakan individu,” terang ekonom Goldman dalam sebuah laporan.