Bisnis.com, JAKARTA - Dampak virus corona terhadap sektor konstruksi dinilai tak signifikan, tetapi pelaku usaha konstruksi menilai perlu adanya dukungan dari pemerintah untuk proyek-proyek tertentu yang terdampak.
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) mengungkapkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum mengetahui secara pasti dampak dari virus corona pada sektor konstruksi.
"Saya belum tahu persis, karena bukan hanya dari kerja sama dengan perusahaan China tapi juga material dan peralatan yang diproduksi di China," kata Sekjen Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Joseph Pangalila kepada Bisnis, Kamis (27/2/2020).
Seperti diketahui virus corona yang tersebar di China telah dipastikan akan mengganggu pertumbuhan ekonomi secara global, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Presiden Joko Widodo juga telah menyiapkan sejumlah insentif untuk memperkuat daya tahan dan daya saing ekonomi Indonesia baik instrumen moneter maupun instrumen fiskal.
Adapun, terkait insentif di sektor konstruksi Joseph mengatakan hingga saat ini belum ada pembicaraan di asosiasi. Namun, dirinya merasa perlu ada relaksasi pada proyek-proyek yang terdampak.
"Kami belum bicarakan, tapi saya rasa perlu terutama adanya relaksasi pada proyek-proyek pemerintah yang terdampak. [Lebih jelasnya] relaksasi waktu penyelesaian, termasuk penalti bila ada dan mungkin penyesuaian biaya bila proyeknya mundur," katanya.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan pihaknya belum menerima laporan terkait dampak virus corona pada konstruksi khusunya untuk jalan tol.
"Sampai hari ini belum ada notifikasi. Pekerja China tidak signifikan di proyek tol," katanya kepada Bisnis, Kamis (27/2/2020).
Untuk diketahui, berdasarkan data Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, per semester I/2019 jumlah jasa konstruksi asing ada 225 kantor perwakilan dan 412 Badan Usaha Jasa Konstruksi Penanaman Modal Asing (BUJK PMA).
Kontraktor asal China menempati urutan pertama dengan jumlah 44 BUJKA, disusul Jepang 38 BUJKA, dan Korea Selatan 28 BUJKA.
Dalam kurun 2007—2015, ada 574 kontraktor asing dari 30 negara yang beroperasi di Indonesia dengan perincian 260 merupakan BUJKA aktif, 245 tidak aktif, dan 69 tutup. Dua tahun kemudian, per Juli 2017, jumlah BUJKA meningkat menjadi 621 kontraktor yng terdiri atas 344 BUJK pelaksana, 165 konsultan, dan 112 terintegrasi.