Bisnis.com, JAKARTA – Peluang pertumbuhan bisnis konstruksi disebut tak akan pernah surut dalam setiap pembangunan, kendati dukungan terhadap kontraktor nasional selaku eksekutor proyek masih dipandang sebelah mata.
Komisaris PT Wisma Sarana Teknik (WST), Tjahjadi Aquasa mengatakan setidaknya terdapat 3 penyebab bisnis kontraktor di Indonesia sangat sulit berkembang dari sisi bisnis, engineering, hukum, hingga sosial masyarakat yang seringkali menghambat proses.
“Pertama, sistem kontrak di Indonesia untuk proyek, itu gak fair. Kontraktor itu selalu di posisi bawah, baik di swasta maupun di pemerintah,” kata Tjahjadi saat ditemui usai HUT 50th WST, Rabu (27/6/2024).
Dia menyoroti kendala kontraktor yang sulit bahkan seringkali tidak dapat mengklaim kerugian tertentu, sementara pemilik proyek bisa dengan bebas melakukan denda ketika ada keterlambatan ataupun kesalahan.
Sebelumnya, Tjahjadi sempat mengusulkan melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) agar Indonesia mengimplementasikan standar kontraktor internasional yang dikenal dengan nama International Federation of Consulting Engineers (FIDIC).
Usulan tersebut disampaikan kepada Sekretariat Negara (Setneg) meskipun tidak ada tindak lanjut. Menurut dia, pemerintah takut apabila kontraktor memiliki standar kuat maka akan lebih mudah mengklaim kerugian.
Baca Juga
"Kedua, kalau milih kontraktor itu harga terendah. Seharusnya, faktor pertimbangannya bukan harga, tapi kualitas, kecepatan, pelayanan, pengalam, itu mesti dinilai," tuturnya.
Saat ini, dia melihat kebanyakan proyek pembangunan hanya mencari kontraktor yang menawarkan harga rendah tanpa memerhatikan kualitas. Kondisi ini juga yang menjadi biang kerok kontraktor nasional tidak bisa menjual keahlian di luar negeri.
"Kenapa tidak ada kontraktor Indonesia yang jadi jago di luar? Cuma paling jago kandang dan yang jago kandang pun kebanyak BUMN, karena pemerintah mendorong BUMN. Harusnya BUMN itu government agency, pelopor untuk bisnis baru yang belum bisa dimasuki orang lain," tuturnya.
Tjahjadi pun mendorong pemerintah untuk memberikan kesempatan lebih banyak untuk perusahaan kontraktor swasta berkontribusi dalam pembangunan sejumlah proyek besar negara saat ini.
Terakhir, dia juga menekankan terkait dengan pembinaan pemerintah untuk mendorong kemapanan kontraktor nasional agar dapat bersaing dengan adil di dalam negeri dan mampu menggarap proyek internasional.
"Sekarang, kalau proyek-proyek besar, kenapa kita jago kandang? Makanya asing yang datang masuk kerja itu, banyak kontraktor dari luar negeri semua, Jepang, India. Sedangkan Indonesia gak pernah ke Jepang," tuturnya.
Melihat kondisi ini, Direktur Utama PT Wisma Sarana Teknik, Doni Tjahjadi mengatakan sebagai penerus bisnis Sang Ayah, kondisi makroekonomi dan dampaknya terhadap kontraktor nasional menjadi tantangan yang dapat dijadikan peluang.
"Tinggal bagaimana kita bertahan saat-saat market lagi going down. Ya itulah salah satunya yang tadi saya sampaikan. Kita harus bisa memberikan nilai lebih daripada yang lain. Kita harus bisa punya pendekatan dan hubungan yang kuat dengan owner, relasi, konsultan," jelasnya.
Terlebih, setah 50 tahun berdiri, WST telah mampu melalui perjalanan setengah abad dengan berbagai tantangan dan beragam krisis baik yang berasal dari internal maupun eksternal.
"Kami bisa menjaga eksistensi perusahaan berkat dukungan dari stakeholder dan sinergi yang baik dengan seluruh mitra. Kami berkomitmen untuk terus berkontribusi untuk memberikan layanan jasa kontraktor di bidang mekanikal dan elektrikal di tanah air," terangnya.