Bisnis.com, JAKARTA - Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,04% pada 2020 tidak akan tercapai. Hal ini dampak dari wabah virus corona (COVID-19) yang muncul di China.
COVID-19 diketahui telah menganggu hingga melumpuhkan aktifitas ekonomi China yang merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar global dengan gross domestic product (GDP) pada 2018 mencapai US$13,6 triliun. Pemerintah Indonesia pun mengambil sikap dengan membatasi ekspor-impor ke Tiongkok.
"Pertumbuhan nasional Indonesia diprediksi akan mengalami kontraksi," kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Agus Eko Nugroho dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (26/2/2020).
Hasil perhitungan P2E LIPI menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi sebesar minus 0,19% hingga 0.29% dimana pertumbuhan akan berada di angka 4,84% untuk kasus moderat dan hanya mencapai 4,74% jika kepanikan terus meluas. "Angka tersebut baru dampak pada putaran pertama saja," imbuhnya.
Agus menyebut sektor yang akan terdampak pertama kali adalah sektor pariwisata yang berpotensi mengancam devisa negara. Hasil simulasi yang dilakukan oleh P2E LIPI menunjukkan bahwa potensi kehilangan pendapatan dari sektor wisata mencapai US$2 miliar. Pada 2019 tercatat setidaknya ada 2 juta turis asal China yang berkunjung ke Indonesia dengan rata-rata lama tinggal adalah 6 hari dan menghabiskan US$157/orang/hari.
Sektor perdagangan Indonesia juga diprediksi akan mengalami sejumlah kontraksi dimana lebih dari 495 jenis komoditas atau 13% dengan tujuan ekspor China akan terimbas. Sementara itu, sekitar 6,5% atau sebanyak 499 jenis barang impor dari Tiongkok diperkirakan akan menyusut atau bahkan menghilang dari pasar Indonesia. Hal ini akan menyebabkan konsumsi rumah tangga turun hingga 0,8%.
Baca Juga
Tidak hanya itu, sebagian besar produk yang merupakan barang konsumsi strategis akan memiliki implikasi serius terhadap inflasi dalam negeri. Oleh karenanya, Agus mengimbau agar pemerintah memantau kondisi pasar mengingat potensi pergerakan harga menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Agus juga menyarankan kepada pemerintah, khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar memberikan kelonggaran jatuh tempo KUR bagi UMKM yang akan terdampak dari pelemahan ekonomi China tersebut.
Sejumlah langkah strategis pun harus dipersiapkan guna mereduksi potensi dampak negatif pelemahan perekonomian dan sejumlah blokade perdagangan akibat wabah COVID-19.