Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75 persen atau 25-bps dari sebelumnya 5 persen untuk melindungi perekonomian domestik dari efek negatif virus Corona (Covid-19).
Bukan itu saja, BI juga menurunkan target pertumbuhan ekonomi tahun dari menjadi 5 persen hingga 5,4 persen dan pertumbuhan kredit menjadi hanya 9 persen hingga 11 persen.
Ekonom Insitute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan langkah bank sentral merupakan bentuk stimulus moneter untuk merespons situasi perekonomian dunia agar tidak merembet ke sektor-sektor dalam negeri.
"Ada kekhawatiran ekonomi akan terdampak cukup serius dari virus Corona, sehingga BI meluncurkan stimulus lewat pemangkasan bunga," Katanya ketika dihubungi, Jumat (21/2/2020).
Bhima menuturkan setidaknya empat sektor andalan Indonesia sudah merasakan "keganasan" virus Corona, yaitu pariwisata, perdagangan, industri, dan realisasi investasi. Dia menuturkan efek negatif penyebaran Covid-19 telah dirasakan pelaku usaha di sektor-sektor tersebut pada Februari 2019.
Menurutnya, proses pemulihan ekonomi dunia dan domestik pascawabah virus Corona memakan waktu. Dia bahkan membandingkan kejadian serupa, yaitu penyebaran virus SARS di China dan Hong Kong pada 2003;
Baca Juga
"Berkaca dari kejadian SARS, [pemulihan ekonomi] setidaknya membutuhkan waktu 9 bulan. Apalagi, jumlah korban akibat virus Corona lebih tinggi dibandingkan SARS," imbuhnya.
Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD), Bank Indonesia merevisi proyeksi target pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,1 persen menjadi 3 persen pada 2020. Sementara itu, pertumbuhan kredit dipangkas menjadi 9 persen hingga 11 persen.
Meski demikian, BI lantas menaikkan proyeksi ekonomi global pada 2021 yakni dari 3,2 persen menjadi 3,4 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan perekonomian dunia pada 2021 diperkirakan akan melaju lantaran dampak Covid-19 hanya sementara.
"Hasil assesment kami menunjukkan pengaruh dari Covid-19 ini akan berbentuk V [V shape]. Intinya, perekonomian akan turun dalam jangka pendek, lalu akan terjadi pemulihan setelah itu," Perry.
Dia memberikan contoh, penyebaran virus corona yang berdampak terhadap sektor pariwisata. Pemerintah telah menutup jalur penerbangan selama dua bulan sejak awal Februari 2020. Setelah itu, dia memperkirakan kunjungan wisatawan asing akan turun dan baru akan normal setelah enam bulan.
Berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia sepanjang 2019 mencapai 16,1 juta kunjungan. Adapun, jumlah turis China yang berkunjung ke Nusantara pada tahun lalu tercatat 2,07 juta kunjungan atau sekitar 12 persen dari total wisatawan mancanegara.
"Hitung-hitungan kami, terjadi penurunan devisa pariwisata hingga US$1,3 miliar," ucap Perry.