Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Kinerja PT Vale Indonesia pada 2019

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan penurunan penjualan dan produksi pada tahun lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat produksi nikel matte sepanjang tahun lalu mencapai 71.025 per metriks ton.

CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan produksi nikel matte tersebut turun dari  2018 yang  mencapai 74.806 per metriks ton (t). Sementara itu tahun 2019, PT Vale mencatat penjualan sebesar 72.044 t nikel dalam matte, turun 5 persen dari penjualan tahun lalu sebesar 75.631 t.

"Penurunan ini terutama disebabkan oleh aktivitas-aktivitas pemeliharaan utama yang terkait dengan Larona Canal Lining dan Tanur Listrik #4 pada semester pertama di 2019," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (20/2/2020).

Sepanjang tahun lalu, perusahaan mencatat laba sebelum pajak penghasilan (EBIT) sebesar 89,1 juta dolar Australia di 2019.

Hal ini terutama didorong oleh kenaikan harga nikel dan kemampuan untuk menerapkan manajemen biaya yang hati-hati.

Selain itu juga menunjukkan peningkatan sebesar 8 persen dari EBIT tahun 2018. Selama dua kuartal terakhir tahun 2019, Grup juga memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam produksi nikel dan harga realisasi rata-rata.

“Kami sampaikan penghargaaan dan terima kasih kepada semua karyawan untuk kerja keras dan pencapaian ini,” katannya.

Menurut Nico, peningkatan harga nikel di semester kedua tahun 2019 jelas membawa dampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan dan memungkinkan untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dan kas selama periode tersebut untuk mengkompensasi hasil yang lebih rendah di semester pertama tahun 2019.

"Namun, yang membedakan kami adalah kemampuan untuk mengelola biaya secara hati-hati meskipun produksi nikel kami lebih rendah pada tahun 2019. Dengan pencapaian ini kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020 dan terus mengelola biaya dengan efektif," tuturnya.

Adapun harga realisasi rata-rata pada tahun 2019 adalah 10.855 dolar Australia per t, sekitar 6 persen lebih tinggi dibandingkan harga realisasi rata-rata pada tahun 2018.

PT Vale mencatat penjualan sebesar AS$782,0 juta pada tahun 2019, 1 persen di atas penjualan yang tercatat pada tahun 2018 sebesar  776,9 juta dolar Australia. Beban pokok pendapatan Perseroan pada tahun 2019 menurun sebesar 1 persen menjadi 665,5 juta dolar Australia dari sebelumnya 672,9 juta dolar Australia pada tahun 2018.

Konsumsi High Sulphur Fuel Oil (HSFO) batu bara pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar masing-masing 5 persen dan 9 persen dibandingkan pada tahun 2018 yang disebabkan oleh volume produksi nikel yang lebih rendah.

Sementara itu, konsumsi diesel pada tahun 2019 meningkat sebesar 10 persen dibandingkan pada tahun 2018 terutama disebabkan kas dan setara kas Grup pada 31 Desember 2019 adalah 249,0 juta dolar Australiaturun sebesar 52,1 juta dolar Australiadari saldo pada 31 Desember 2018.

Hal ini disebabkan oleh pengeluaran kas yang lebih tinggi terkait belanja modal pada tahun 2019 sebesar 166,5 juta dolar Australia, meningkat 99 persen dari 83,8 juta dolar Australia yang dikeluarkan pada tahun 2018.

Pada 14 Oktober 2019, PT Vale bersama dengan para pemegang sahamnya, Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) telah menandatangani Perjanjian Pendahuluan sebagai awal dari proses divestasi setelah penunjukan Inalum sebagai perwakilan Pemerintah untuk mengakuisisi saham divestasi PT Vale, untuk memenuhi kewajiban divestasi PT Vale.

Pada 30 Desember 2019, semua pihak telah sepakat untuk memperpanjang batas waktu penandatanganan perjanjian definitif hingga akhir triwulan pertama tahun 2020.

Pada tahun 2019, untuk pertama kali sepanjang sejarah PT Vale, kami meraih predikat PROPER Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

"Ini menandai untuk pertama kalinya penilaian prestisius tersebut diberikan kepada perusahaan tambang dan pengolahan nikel terintegrasi di Indonesia," tutur Nico.

Sebelumnya, Perseroan sudah mempertahankan predikat PROPER Biru selama enam tahun penilaian berturut-turut dan tahun lalu menjadi kandidat PROPER Hijau.

Penilaian PROPER Hijau artinya Pemerintah mengapresiasi upaya PT Vale yang telah melampaui ketaatan dalam hal pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien, dan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan baik.

Proper merupakan program yang dikembangkan KLHK sejak tahun 2002 dan dievaluasi oleh para pakar.

Perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing perseroan dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama perseroan yakni keselamatan jiwa merupakan hal terpenting dan menjaga kelestarian bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper