Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meramalkan utilitas pabrikan semen pada semester II/2020 berpotensi terseret lebih jauh. Adapun, utilitas pada akhir 2019 telah naik 552 basis poin (bps) dari realisasi tahun sebelumnya.
Ketua Umum ASI, Widodo Santoso, mengatakan hal tersebut didorong beroperasinya tiga pabrik baru dengan kapasitas 8 juta ton. Sedangkan sebagian operasi pabrikan masih akan dalam tahap percobaan.
"Hal ini juga akan menambah beban baru perusahaan semen yang terdahulu karena praktis akan menurunkan utilisasinya," katanya kepada Bisnis, Rabu (19/2/2020).
Di samping aktivitas produksi, Widodo menilai hal yang dapat menjaga pertumbuhan konsumsi semen pada tahun ini adalah tidak diterbitkan aturan yang menganggu. Menurutnya, aturan yang diterbitkan harus tidak memengaruhi harga bahan bakar, biaya logistik, dan penurunan permintaan domestik.
Widodo menilai, progam peniadaan truk obesitas atau Zero ODOL pada tahun ini belum akan banyak mempengaruhi proses produksi pabrikan. Pasalnya, menurutnya, program tersebut baru akan efektif pada 2022.
"Perlu persiapan pengadaan kekurangan dan penambahan truknya," ucapnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Widodo menyatakan usulan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terkait penurunan tarif gas tidak berpengaruh pada proses produksi pabrikan. Namun, lanjutnya, usulan diskon tarif listrik menjadi sinyal positif.
Seperti diketahui, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero akan memberikan diskon tarif listrik sebesar 30 persen. Adapun diskon diberikan hanya pada jam-jam tertentu pukul 22.00-05.00 atau 06.00. "DIskon PLN cukup positif untuk produsen semen," ujarnya