Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chatib Basri: Ekonomi RI Bisa Turun Jadi 4,7 Persen akibat Virus Corona

Akibat wabah virus corona, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa melemah ke kisaran 4,7 persen hingga 4,9 persen pada tahun ini.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China menaiki tangga pesawat udara usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2/2020). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan secara resmi telah memulangkan 238 WNI ke daerah masing-masing karena telah dinyatakan sehat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China menaiki tangga pesawat udara usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2/2020). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan secara resmi telah memulangkan 238 WNI ke daerah masing-masing karena telah dinyatakan sehat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Wabah virus corona (Covid-19) dipastikan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia mengingat kuatnya hubungan ekonomi RI dengan Negeri Tirai Bambu.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa melemah ke kisaran 4,7 persen hingga 4,9 persen pada tahun ini.

"Melihat sensitivitas ekonomi matrix, jika pertumbuhan ekonomi China turun 1 persen maka growth kita bisa turun 0,1 persen-0,3 persen," ujar Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri seusai acara Seminar Publik Forum Kebijakan Ketenagakerjaan di gedung CSIS, Selasa (18/2/2020).

Chatib membandingkan kondisi perekonomian China saat virus SARS mewabah pada 2002. Dia mengungkapkan pertumbuhan China kala itu turun dari 11 persen ke 9 persen. Saat itu, aktivitas perdagangan terhenti dan hampir semua orang setop bepergian ke luar negeri. Persis dengan kondisi yang terjadi saat ini.

Meski demikian, dia menuturkan pertumbuhan ekonomi China kembali melaju ke level 10 persen pada kuartal II/2003. Perekonomian China pada kuartal III dan IV kembali stabil setelah SARS reda.

"Bentuknya seperti huruf V. Pertumbuhan ekonomi kita kemarin [2019] 5,02 persen, sekarang bisa jadi di bawah 5 persen sekitar 4,7 persen-4,9 persen, kalau polanya seperti SARS," imbuhnya.

Oleh sebab itu, Chatib meminta pemerintah menyiapkan langkah-langkah mitigasi. Beberapa sektor yang diprediksi Chatib terdampak penyebaran virus corona, yaitu perdagangan dan pariwisata.

Dengan masifnya wabah Virus corona, lanjutnya, kinerja ekspor dan impor diprediksi mengalami perlambatan. Meski demikian, dia yakin dampaknya tidak terlalu signifikan mengingat porsi perdagangan China ke Indonesia tidak sebesar Singapura.

Dia justru menilai sektor pariwisata akan terkontraksi lantaran wisatawan asal China sudah pasti menunda untuk berkunjung ke Indonesia selama periode penyebaran virus corona. Mengacu pada kondisi tersebut, Chatib meminta pemerintah untuk mendorong kegiatan ekonomi domestik agar mampu menahan tekanan eksternal.

Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain memberikan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk masyarakat miskin atau pelatihan (cash for training) untuk masyarakat kelas menengah. Salah satu contohnya implementasi Kartu Prakerja. Selain itu, pemeritan juga dapat menerapkan stimulus untuk sektor pariwisata dalam negeri.

"Mungkin pemerintah bisa memberi diskon untuk [tarif] penginapan, seperti waktu bom bali terjadi. Tujuannya agar wisatawan domestik bisa jalan. Pelaksanaan Travel Fair [pameran pariwisata] juga dapat digelar," ungkapnya.

Sebelumnya, Moody's memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat akibat risiko perlambatan ekonomi global seiring dengan penurunan permintaan komoditas dari China yang terdampak wabah virus corona.

"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB akan melambat ke kisaran di bawah 5 persen pada 2020 karena pertumbuhan global yang masih belum memanas akibat permintaan komoditas dari China yang melemah setelah dihantam wabah virus corona," ungkap VP dan Analis Senior Moody's Anushka Shah dalam laporannya, Senin (17/2/2020).

Kendati melambat, Moody's melihat ekonomi Indonesia cukup tangguh dibandingkan rata-rata negara dengan peringkat utang Baa sehingga berpotensi meningkatkan sejumlah pos penerimaan.

Anushka mencatat, penerimaan Indonesia termasuk di bawah rata-rata penerimaan negara-negara dengan peringkat utang Baa. Penerimaan negara Indonesia hanya 12,4 persen dari PDB, sementara negara lain dengan peringkat utang Baa mencatat rata-rata penerimaan sebesar 27,6 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper