Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Bikin Sektor Pariwisata Berpotensi Rugi Rp38,2 Triliun

Potensi kerugian tersebut karena pada masa-masa Februari hingga Maret biasanya para wisatawan tengah memesan pesawat ataupun hotel (booking period) persiapan liburan musim panas.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio memberikan pemaparan saat acara musyawarah nasional PHRI XVII di Karawang, Jawa Barat, Senin (10/2). Pemerintah menyiapkan anggaran senilai lebih dari Rp10 triliun untuk pengembangan lima destinasi super prioritas, yakni Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Likupang, dan Mandalika pada 2020. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio memberikan pemaparan saat acara musyawarah nasional PHRI XVII di Karawang, Jawa Barat, Senin (10/2). Pemerintah menyiapkan anggaran senilai lebih dari Rp10 triliun untuk pengembangan lima destinasi super prioritas, yakni Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Likupang, dan Mandalika pada 2020. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menyebut potensi kerugian di sektor pariwisata akibat serangan virus corona mencapai 2,8 milliar dolar AS atau Rp38,2 triliun.

“Karena ini masih bergerak, kita bisa tahu ruginya berapa kalau corona udah berhenti kalau kita ‘average’ (rata-rata) setahun dari China saja dengan dua juta jumlah wisatawan kan sudah 2,8 miliar dolar AS kerugian misalnya,” kata Wishnutama usai rapat koordinasi dengan Menhub dan operator penerbangan di Kemenpar, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Angka tersebut, lanjut dia, jika dihitung dari kunjungan jumlah wisatawan China ke Indonesia selama satu tahun di mana rata-rata mencapai dua juta wisatawan mancanegara.

“Jadi, memang ini mengukurnya tidak sesederhana kalau sudah semua selesai, tapi yang kita tahu China wisatawannya dua juta. Artinya kalau terjemahkan ke devisa 2,8 miliar dolar AS, tinggal hitung aja nanti berapa lama masa virus berkembang,” katanya.

Potensi kerugian tersebut, Wishnutama menjelaskan, karena pada masa-masa Februari hingga Maret biasanya para wisatawan tengah memesan pesawat ataupun hotel (booking period) persiapan liburan musim panas.

“Kalau Februari sampai Maret ini kan ‘booking period’. Sekarang  wisatawan sedang pesan transportasi dan hotel untuk liburan musim panas. Ini juga akan punya dampak, kalau misalnya virus corona ini April selesai, itu imbasnya ke liburan musim panas," katanya.

Namun, lanjut dia, angka pasti kerugian bisa dihitung setelah dampak dari virus corona selesai, tetapi setelah itu juga masih terdampak efek sampingnya.

“Belum lagi dampak lainnya atau dampak setelah virus ini selesai dan juga ada tren menurun juga keinginan orang untuk berwisata,” katanya.

Bendara-bandara yang menjadi hub internasional, seperti Singapura dan Hong Kong juga menjadi sepi.

“Dan hub-hub Singapura dan Hong Kong meskipun tidak dari China ada kecenderungan sepi sekarang. Itu juga punya dampak,” ujar Wishnutama.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, kontribusi kunjungan wisatawan mancanegara China termasuk tertinggi, yakni dua juta wisman dengan total belanja 14.000 dolar AS per kunjungan atau Rp192 juta.

Sementara itu, target perolehan devisa dari sektor pariwisata direncanakan mencapai 21 miliar dolar AS pada 2020 atau lebih besar 1 miliar dolar AS dari realisasi 2019 sebesar 20 miliar dolar AS atau Rp275 triliun.


 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper