Bisnis.com, JAKARTA — Para pengembang properti masih percaya diri untuk merencanakan pembangunan di sektor perhotelan di tengah maraknya wabah virus corona.
Di sebagian wilayah seperti Bali dan kota pariwisata lainnya, virus corona disinyalir turut berdampak pada tingkat okupansi perhotelan. Namun, hal itu tampaknya tak terlalu berpengaruh pada sebagian pengembang properti untuk terus menggarap proyek hotel.
Associate Director Coldwell Banker Commercial Dani Indra Bhatara mengatakan bahwa perencanaan pengembangan hotel biasanya telah diperhitungkan sebelumnya dan dilakukan sejak lama.
"Perencanaan pengembangan hotel sebenarnya sudah direncanakan dari tahun sebelumnya, saat [virus] corona belum merebak," katanya, Senin (10/2/2020).
Dalam catatan Bisnis, sejumlah pengembang berencana menambah hotel baru di 2020 di antaranya PT Bukit Uluwatu Villa yang menyasar Jakarta, Bali dan Bintan sebagai pembangunan proyeknya.
Kemudian, PT Eastparc Hotel Tbk (EAST) yang berencana membangun sebuah hotel bintang 4 dengan anggaran senilai Rp130 miliar. Proses konstruksi rencananya akan dimulai pada akhir 2020 dan diperkirakan rampung pada 2022.
Baca Juga
Menurut Dani, sejumlah pengembang properti masih berani berinvestasi di bisnis perhotelan karena mencoba untuk menyeimbangkan portofolio propertinya.
Para pengembang saat ini tidak hanya melihat dari sisi properti jual, melainkan juga dari proyek recurring income (pendapatan berulang) seperti dari bisnis perhotelan.
"Salah satu recurring yang performanya masih baik serta lebih mudah untuk dimasuki adalah bisnis hotel," kata Dani.
Dani mengatakan bahwa bisnis di sektor perhotelan diprediksi akan tetap jadi pilihan saat ini dan beberapa tahun mendatang meskipun diterpa berbagai macam isu dan tantangan.
Dari catatan Coldwell Banker, pada tahun saja ini akan ada pasokan hotel baru di beberapa lokasi seperti di Jakarta, Batam, Bali, Bogor, Depok, Bekasi, Surabaya, dan Semarang.
Selain itu, bisnis properti di subsektor perhotelan diproyeksikan akan tetap stabil meskipun pada tahun lalu mengalami penurunan okupansi jika dibandingkan dengan 2018.
Tingkat okupansi yang stabil, imbuhnya, bisa terlihat pada hotel di Jakarta. Pada akhir 2019 tingkat okupansinya tercatat mengalami peningkatan sekitar 5,5% menjadi 66,8%.