Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pacu Pertumbuhan Ekonomi, Ini Usulan Pengusaha Kepada Pemerintah

Kontribusi UMKM dalam nilai ekspor sejauh ini dinilai masih belum menunjukkan potensi maksimalnya, sehingga daya dorongnya terhadap ekspor dan pertumbuhan ekonomi terbatas.
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (12/6/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (12/6/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pengusaha mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan sektor usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) dalam menggenjot ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono mengatakan, kontribusi UMKM dalam nilai ekspor sejauh ini dinilai masih belum menunjukkan potensi maksimalnya.

"Indonesia perlu mencari strategi untuk menggenjot ekspor. Salah satunya dengan memperbesar porsi dari produk UMKM. Produk ini relatif masih sedikit kontribusinya padahal peluang tumbuhnya sangat besar," katanya kepada Bisnis, Rabu (5/2/2020).

Menyitir data BPS, sektor industri pengolahan tercatat sebagai kontributor ekspor terbesar sepanjang 2019 dengan nilai US$126,57 miliar atau 75,55 persen dari total ekspor. Posisi industri pengolahan disusul oleh sektor tambang dengan nilai sebesar US$24,81 miliar dan sektor migas sebesar US$12,54 miliar.

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah berpendapat pemerintah perlu mencari pasar alternatif untuk ekspor yang masih didominasi oleh pengiriman produk bahan baku.

Lantaran China sebagai mitra dagang terbesar, Rusli menyebutkan Indonesia perlu mengarahkan fokus pada negara-negara potensial yang berada di kawasan Afrika, Amerika Selatan dan Asia Tengah.

"Indonesia perlu mencari pasar alternatif selain China karena ada tantangan virus corona juga. Selain itu pasar baru ini juga untuk menjaga kinerja ekspor yang didominasi oleh produk bahan baku," ujar Rusli.

Di sisi lain, pemerintah pun diharapkan dapat menjaga daya beli kelas atas mengingat kelompok yang berjumlah 20 persen dari total populasi ini berkontribusi sebesar 46 persen pada total pengeluaran atau konsumsi.

Sementara itu kelompok kelas menengah yang berjumlah 40 persen berkontribusi sebesar 36 persen disusul kelompok pengeluaran rendah sebanyak 40 persen dengan kontribusi sekitar 17 persen. "Untuk kelompok berpengeluaran rendah pemerintah bisa memberi stimulus dengan bantuan sosial untuk menjaga daya beli. Namun menurut saya yang penting dijaga adalah kelompok berpengeluaran menengah dan atas karena kontribusinya pada total pengeluaran paling besar," kata Rusli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper