Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah kondisi suku bunga acuan global yang berada di level rendah, aktivitas pasar properti di Asia justru menguat.
Menurut Colliers Asia, mayoritas investor saat ini cenderung menyasar aset properti perkantoran dan komersial. Laporan yang dirilis Colliers Internationals Asia pada kuartal IV/2019 menyatakan bahwa kekhawatiran geopolitik masih membayangi pasar Asia hingga periode akhir 2019, tetapi aktivitas investor di sektor ini masih terus berjalan.
Managing Director of Capital Markets Asia Terence Tang mengatakan bahwa secara keseluruhan, meskipun banyak dilanda ketidakpastian dalam beberapa tahun terakhir, seperti adanya perang dagang membuat suku bunga hampir di seluruh pasar Asia tetap rendah.
“Hal ini membantu mendorong pasar properti di seluruh Asia menguat, ditambah dengan fundamental masing-masing wilayah yang sehat,” ungkap Tang melalui siaran pers, Selasa (4/2/2020).
Di Indonesia, Director of Capital Markets Colliers Indonesia Steve Atherton menyebutkan bahwa sejumlah investor luar negeri cenderung ingin berinvestasi pada properti di daerah pusat bisnis (CBD) Jakarta.
“Kemungkinan pembeli paling banyak saat ini adalah pengguna akhir dan dari perusahaan skala besar, yang bisa membeli satu blok sekaligus atau bahkan satu gedung kantor dan mengoperasikannya sendiri,” kata Atherton.
Baca Juga
Kemudian, dengan adanya beragam infrastruktur transportasi yang sudah rampung dan masih dalam pembangunan, Colliers memprediksi properti berkonsep transit oriented development (TOD) akan bertumbuh pesat dan menjadi pilihan bagi pengisi properti.
Dengan MRT Jakarta yang juga direncanakan akan menambah jalurnya, imbuhnya, bisa memacu pemilik lahan di sekitar stasiun MRT untuk mendorong pengembangan di sana.
Adapun, untuk pasar properti di Tokyo, Jepang, sektor perkantoran masih memimpin kinerja pasar properti di sana.
Meskipun sedikit banyak kondisi pasar di negara tersebut terkena dampak dari perang dagang dengan Korea Selatan dan antara AS-China, Tokyo masih memimpin kinerja investasi di pasar Asia.
Aset properti perkantoran di Negeri Sakura itu masih menjadi pilhan utama yang membuat tingkat kekosongan merosot dan harga sewa melambung.
Untuk sektor ritel dan perhotelan juga masih mencatatkan kinerja yang baik, terdorong oleh tingginya kedatangan wisatawan.
“Pada 2020 hingga beberapa tahun mendatang, unit-unit properti residensial berukuran kecil juga bakal menjadi aset yang menarik perhatian investor di wilayah Tokyo dan sekitarnya,” lanjut Tang.
Selanjutnya, di Korea Selatan, rendahnya suku bunga dan likuiditas membantu mendorong pasar properti di Korea Selatan. Total volume transaksi sepanjang 2019 mencapai US$9,6 miliar.
Di Korea Selatan, aktivitas investor terkonsentrasi pada aset perkantoran kelas premium dan segmen logistik.
Sementara itu, di Singapura, transaksi terjadi hampir di seluruh sektor properti, tetapi sektor residensialnya masih melemah.
Sektor perhotelan dinilai menjadi penarik investor terbanyak lantaran Negeri Singa memiliki daya tarik tersendiri dari sisi pariwisata dan juga untuk kegiatan MICE (pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran).
Colliers memprediksikan outlook pasar properti Singapura tetap positif memasuki 2020 ini, terdorong oleh suku bunga yang masih menarik dan tren alokasi modal.
Selanjutnya di Hong Kong, unjuk rasa tak berkesudahan perang dagang antara AS dan China masih menjadi faktor utama perlambatan kinerja pasar properti di Hong Kong.