Bisnis.com, JAKARTA – PT PP Properti Tbk. (PPRO) akan menambah cadangan lahan (land bank) di beberapa lokasi untuk menopang rencana pengembangan pada tahun ini yang akan lebih fokus pada properti hunian tapak.
Direktur Utama PPRO Taufik Hidayat mengatakan bahwa tahun ini perseroan akan menambah sekitar 20—40 hektare lahan yang tersebar seluruhnya masih di pulau Jawa.
Dari beberapa lokasi yang akan menjadi pilihan, dia menuturkan pulau Jawa masih menjadi destinasi yang menarik untuk pengembangan properti.
“Di Jawa masih menjadi prioritas karena secara infrastruktur sudah lengkap, ditambah daya belinya juga bagus, dibandingkan dengan di wilayah-wilayah lainnya,” ujarnya ketika mengunjungi Bisnis Indonesia, Selasa (4/2).
Saat ini PPRO memiliki total cadangan lahan seluas 300 – 310 hektare di seluruh Indonesia. Dari total tersebut, beberapa di antaranya akan segera dikembangkan, tetapi ada pula yang belum.
Dengan cadangan lahan yang ada, Taufik mengatakan, cukup untuk pengembangan proyek PPRO hingga sekitar 15 tahun ke depan.
Baca Juga
“Beberapa yang sudah dibangun di Balikpapan ada hotel, di Riau juga hotel. Di Makassar ada tawaran dan sekarang sedang proses pengadaan lahan. Kemudian, beberapa di ibu kota baru juga sudah menawarkan dan kami sedang dalami, pada saatnya kami akan ke sana,” katanya.
Dengan fokus untuk menambah produk rumah tapak, imbuhnya, mulai akhir tahun lalu PPRO juga sudah menambah landbank di Cengkareng, Bandung, dan Sulawesi Selatan.
Taufik menyebutkan tambahan lahan di Cengkareng luasnya mencapai 2,5 hektare, Bandung 9 hektare. Selanjutnya, lahan di Sulawesi Selatan untuk tahap awal 9 hektare, tetapi masih berpotensi diperluas sampai 20 hektare.
“Ini nanti akan menambah landbank yang 300-an hektare itu. Untuk komposisinya paling banyak memang masih di apartemen strata title, komersial, dan hospitality,” jelasnya.
Untuk proyek rumah tapak di Cengkareng, PPRO rencananya akan mulai tahap pembangunan pada akhir tahun ini.
Kemudian, proyek rumah tapak yang di Bandung akan mulai dibangun pada Februari ini, sedangkan proyek rumah tapak lainnya, di Transyogi Cibubur akan dimulai pada Agustus mendatang.
“Transyogi jadi pilihan karena merupakan kawasan yang sebenarnya sudah jadi, dan harganya masih seksi, di kisaran Rp1 miliar. Padahal, di kawasan lain harganya mungkin sudah lebih dari itu, belum lagi dengan ada penambahan tol baru, dan banyaknya fasilitas umum yang sudah lengkap di sana,” ungkapnya.
Sementara itu, di Bandung, rencananya PPRO akan membanderol rumah tapaknya dengan kisaran harga Rp700 juta – Rp800 juta. Proyeknya nantinya berdekatan dengan tol Cipularang dan pusat belanja Gede Bage.