Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara yang naik pada Februari belum dapat mencerminkan melambungnya harga komoditas emas hitam di sepanjang tahun ini.
Kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA) 1,45 persen menjadi US$66,89 per ton. Ketua Umum Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan kenaikan HBA secara prosentase belum mencerminkan untuk menilai bisnis secara umum.
Menurutnya, bisa jadi harga batubara di sepanjang tahun ini masih sama seperti gambaran di akhir 2019.
"Pertumbuhan meningkat tetapi tidak tajam dan harga relatif tidak mudah untuk naik tajam," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (4/2).
Dia menilai belum ada alasan kuat dari parameter pasar yang mampu menaikkan harga batubara secara tajam. "Virus corona bisa jadi berpengaruh, khusuanya rencana China untuk mengevaluasi pertumbuhan ekonominya," ucapnya.
Kendati demikian, menurutnya, merebaknya virus corona belum berpengaruh langsung pada permintaan maupun harga batu bara.
Baca Juga
"Sampai saat ini belum pengaruh pada produksi dan permintaan batubara adanya virus ini. Saya yakin pengaruh ke HBA juga tidak signifikan," tutur Singgih.
Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif menuturkan adanya kenaikan HBA di bulan Februari merupakan siklus yang belum signifikan.
"Arahnya masih belum begitu jelas apakah akan ada kecenderungan naik. Ditambah gejolak dunia karena virus corona," katanya.
Virus corona, lanjutnya, akan berdampak pada permintaan batubara China yang menurun apabila virus ini menyebar secara meluas.
"Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi," ucapnya.
Kendati demikian, Irwandy memproyeksikan HBA sepanjang di tahun ini akan berada dikisaran US$60 per ton hingga US$80 per ton.
"Harus tetap waspada bila ada kejadian tdk terduga sehingga harga akan anjlok," tuturnya.
Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim berpendapat wajar kalau HBA mengalami kenaikan HBA karena fokus pemerintah untuk PLTU.
"Tahun ini harga batu bara tak lebih dari US$85 per ton," ujarnya.
Menurutnya, kesepakatan dagang antara China dan Amerika Serikat Fase pertama yang ditandatangani pada Januari lalu berdampak positif bagi batu bara. Namun muncul kasus virus corona mengakibatkan perminraan terus turun.
"Bahkan S&P memprediksi PDB chiba di 2020 di 4,8%," kata Ibrahim.