Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta mengawasi pergerakan harga kelompok bahan pokok, yang menjadi penyumbang terbesar realisasi inflasi Januari 2020, yang sebesar 0,39 persen secara month-to-month (mtm) dan 2,68 persen secara tahunan.
Baca Juga
Kepala Ekonom PT BNI Tbk. Ryan Kiryanto mengatakan realisasi tersebut mendekati prediksinya, yakni inflasi awal 2020 mencapai 0,42 persen (mtm) dan inflasi tahunan 2,82 persen (yoy). Dengan perhitungan inflasi versi 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan terdapat 79 kota yang disurvei mengalami inflasi dan 11 kota mengalami deflasi.
"Inflasi Januari 2019 tercatat sebesar 0,32 persen (mtm), ada kenaikan tipis 0,07 persen, kemungkinan karena faktor abnormal, yaitu banjir pada awal tahun sehingga membuat beberapa barang mengalami lonjakan harga," paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (3/2/2020).
Mengacu pada data BPS, sektor makanan, minuman dan tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi sebesar 0,41 persen mtm maupun tahunan, sebesar 1,62 persen. Untuk inflasi tahunan, Ryan menuturkan perlu dicermati juga lonjakan dari andil sektor kesehatan yang sebesar 0,42 persen yoy dan andil sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat menyentuh 0,46 persen.
Karena itu, dia meminta pemerintah dan tim pengendali inflasi untuk mencermati pergerakan harga kelompok bahan pokok, terutama kelompok makanan, minuman dan tembakau. Pasalnya, baik secara historis maupun kecenderungan, kelompok tersebut tetap menjadi kontributor inflasi terbesar.
Lebih lanjut, Ryan menyampaikan penyesuaian tarif jalan tol, tarif listrik, dan naiknya iuran BPJS Kesehatan, mungkin berdampak kecil untuk inflasi. Meski demikian, pemerintah diminta waspada dan mencermati efek psikologis agar tidak menimbulkan efek liar ke pembentukan harga di pasar.
"Saya memprediksi outlook inflasi 2020 pada kisaran 3 persen yoy bisa dikawal hingga akhir tahun. Catatan lainnya, Bank Indonesia (BI) tetap harus konsisten untuk menjaga kebijakan moneter," imbuhnya.