Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha menyambut baik penerapan harga US$6 MMBTU atau sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 40/2016 yang ditargetkan dapat dilaksanakan pada 1 April mendatang.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Rizal Rakhman mengatakan prinsipnya harga gas itu harus benar-benar terealisasi karena pemicu utama pada sektor tengah dan hilir akan menjadi lebih murah.
"Kalau penyesuaian per sektor sekitar satu atau dua bulan saya kira semester II/2020 seharusnya sudah terasa dampaknya. Intinya harus terealisasi jelas di hulu," katanya, Senin (3/2/2020).
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) pun menyatakan penurunan harga gas pada medio semester I/2020 akan memberikan pabrikan kesempatan untuk mengganti mesin dan mengembangkan desain. Dengan demikian, asosiasi meramalkan keramik lokal akan mampu bersaing di pasar global pada 2021-2022.
Ketua Dewan Pembina Asaki Elisa Sinaga mengatakan realisasi penurunan harga membuat pabrikan keramik lokal bertahan di tengah gempuran arus impor. Adapun, pasar domestik kini dipenuhi oleh keramik impor dari India dan Vietnam setelah safeguard terhadap keramik China diberlakukan tahun lalu.
"[Penurunan tarif gas] mendorong industri - yang sebagian selama 4 - 5 tahun ini tidak banyak berubah - lebih berkembang dalam efisiensi [produksi] dan desain produk untuk dapat berkompetisi dengan pasar internasional," katanya.
Elisa meramalkan produksi keramik pada tahun ini dapat tumbuh 5 persen - 8 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi akhir tahun lalu di kisaran 4 persen - 5 persen.
Di samping itu, Elisa berujar peningkatan utilitas pabrikan secara signifikan ke level 95 persen hanya dapat ditempuh melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, akselerasi pertumbuhan ekonomi dapat merangsang proyek-proyek konstruksi ayng saat ini lesu.
Seperti diketahui, utilitas produksi pabrikan keramik pada 2019 berada di level 67,74 persen dengan total produksi sekitar 340 juta - 350 juta meter persegi (square meter/sqm). Angka utilitas tersebut meningkat dari tahun lalu yakni 60,39 persen dengan total produksi 308 juta sqm.
Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan pertumbuhan produksi kaca lembaran pada tahun ini dapat berakselerasi. Hal tersebut dinilai disebabkan oleh jadwal penurunan harga gas pada medio semester I/2020.
Ketua Umum AKLP Yustinus Gunawan mengatakan pertumbuhan inudstri kaca setiap tahunnya hanya tumbuh sekitar 5 persen. Namun demikian, penurunan harga gas tersebut dapat menjadi sekitar 7 persen - 7,5 persen dengan realisasi Peraturan Presiden (Perpres) No. 40/2016 yang membuat harga gas menjadi US$6/MMBTU.
"Gas turun ke US$6/MMBTU, maka pertumbuhannya itu akan tambah 40 persen - 50 persen dari 5 persen, berarti akan ada penambahan 2 persen - 2,5 persen menjadi 7 persen - 7,5 persen," katanya.