Bisnis.com, JAKARTA - Pembentukan holding rumah sakit diperkirakan rampung pada akhir semester I tahun ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa pihaknya memiliki program untuk menggabungkan rumah sakit yang berada di bawah badan usaha milik negara (BUMN). Hal ini bertujuan supaya perusahaan pelat merah fokus pada bisnis intinya masing-masing.
"Ngapain perusahaan-perusahaan [nonkesehatan], punya bisnis rumah sakit? Yang ada servisnya tidak baik. Holding, Insya Allah Juni jadi," ujarnya saat mengisi kuliah umum di Grand Studio Metro TV, Selasa (28/1/2020).
Menurutnya, dengan membentuk holding rumah sakit maka kesempatan untuk memiliki strategic partner dari Jepang semakin terbuka. Negara matahari terbit ini membutuhkan sekitar 350.000 suster.
Dengan kerja sama ini, pihak Jepang dapat menyediakan sekolah pelatihan untuk para suster yang berada di bawah holding.
"Diberi pelatihan dari awal, seperti bahasa dan budaya Jepang. Dengan demikian, ketika berpartner dengan Jepang, kita punya akses 350.000 suster dan mereka tidak ambil dari Filipina," jelas Erick.
Baca Juga
Dia menyebut sebagai contoh PT Pertamina (Persero) yang lini bisnis utamanya berada di sektor minyak dan gas mempunyai anak usaha rumah sakit. Tidak hanya itu, Pertamina juga memiliki anak usaha perhotelan.
Padahal, perusahaan ini memiliki tugas utama untuk menekan impor migas, yang pada akhirnya berdampak pada penyehatan defisit anggaran negara.
Sebelumnya, pendiri Mahaka Group tersebut menuturkan pendapatan rumah sakit yang berada di bawah BUMN jika digabungkan mencapai Rp5 triliun. Hal ini menandakan potensi yang besar di bidang kesehatan.
Erick juga menyayangkan masih banyak masyarakat yang kurang percaya dengan layanan rumah sakit di Indonesia dan memilih berobat keluar negeri.
"Enggak perlu BUMN seperti Pelni, Pertamina, dan Pelindo punya bisnis RS," tegasnya.