Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Ekonomi, Sektor Properti Diproyeksi Menggeliat di 2020

Setelah mengalami pertumbuhan yang melambat pada 2019, sejumlah ekonom memprediksi 2020 akan ada perbaikan pada kinerja sektor properti untuk mendorong perekonomian dalam negeri. Hal itu terjadi berkat relaksasi kebijakan makroprudensial dari Bank Indonesia tahun lalu.
Foto udara proyek pembangunan sebuah komplek perumahan di kawasan BSD City Tangerang, Banten, Selasa (31/12/2019)./ ANTARA -Muhammad Iqbal
Foto udara proyek pembangunan sebuah komplek perumahan di kawasan BSD City Tangerang, Banten, Selasa (31/12/2019)./ ANTARA -Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan pada 2019, sejumlah ekonom memprediksi 2020 akan ada perbaikan pada kinerja sektor properti untuk mendorong perekonomian dalam negeri. Hal itu terjadi berkat relaksasi kebijakan makroprudensial dari Bank Indonesia tahun lalu.

Berkaca dari Survei Perbankan Kuartal IV/2019 yang dikeluarkan Bank Indonesia, pada periode tersebut pertumbuhan kredit baru meningkat dari kuartal sebelumnya. Kondisi itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 70,6 persen (yoy). lebih tinggi dari sebelumnya 68,3 persen (yoy).

Peningkatan ini terjadi pada komponen kredit investasi dan kredit konsumsi, yang terindikasi dari kenaikan SBT permintaan kredit investasi menjaid 70,3 persen, sebelumnya 63,2 persen, sementara untuk kredit konsumsi menjadi 75,8 persen (yoy) dari kuartal sebelumnya sebesar 45,9 persen (yoy).

Adapun sumber pertumbuhan kredit konsumsi akhir 2019 berasal dari kredit kepemilikan rumah atau apartemen, kredit kendaraan bermotor, dan kredit multiguna. Tren meningkatnya kredit konsumsi untuk pembelian properti dan otomotif diperkirakan Bank Indonesia masih akan berlanjut pada 2020.

DBS Bank Group Research, Indonesa Head, Maynard Arief menyatakan pertumbuhan kredit yang sempat melambat pada 2019, akan  diperbaiki sejak 2020 seiring dengan ekspektasi likuiditas yang membaik. Dia memperkirakan sektor properti dan infrastruktur akan menopang pertumbuhan kredit tahun ini, sehingga bisa membantu mencapai pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,0 persen.

“Awalnya ada perlambatan pada sektor properti sebagai industri, namun kondisi ini akan berubah,” jelas Maynard di DBS Office Capital Place, Rabu (22/1/2020).

Dia menambahkan, sektor properti dalam 3 tahun terakhir memang tak banyak mencatatkan pertumbuhan. Apalagi, pada 2019 terjadi Pemilu yang justru membuat investor cenderung wait and see. Oleh sebab itu, relaksasi Loan To Value (LTV) yang dilakukan Bank Indonesia pada 2019 lalu memberi sentimen positif agar sektor properti kembali bergairah.

“Sat ini yang permintaannya tumbuh itu untuk affordable housing (segmen MBR), demand-nya tinggi sementara untuk yang mewah tidak tumbuh. Jadi keseluruhan pasar properti menengah atas permintaannya tidak bagus,” jelas Maynard.

Dia menambahkan pula soal pasok office sepanjang 2019 yang berlebih. Kondisi oversupply atau kelebihan pasok ini diperparah dengan turunnya harga sewa namun belum menunjukkan terjadinya peningkatan sewa. Dia memperkirakan keefektifan kebijakan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, khususnya terkait LTV, bisa memperbaiki kinerja sektor properti antara 5 persen sampai 10 persen.

Ke depan, pemerintah dihadapkan pada ketersediaan permintaan. Dia memerinci, sektor konsumsi diprediksi masih akan stagnan 5 persen tahun ini. Pihak swasta pun kemungkinan besar masih akan wait and see dan berpikir dua kali melakukan ekspansi.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dari Bank Indonesia mengindikasikan bahwa ekspansi kegiatan dunia usaha pada kuartal IV/2019 tetap tumbuh positif, meskipun melambat dibandingkan dengan kegiatan usaha pada triwulan sebelumnya. Bank Indonesia menyebut perlambatan tersebut sejalan dengan pola historis perkembangan kegiatan usaha yang cenderung melambat pada akhir tahun.

Hal itu tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada kuartal IV/2019 sebesar 7,79 persen, lebih rendah dari 13,39 persen pada kuartal sebelumnya.

Adapun sejumlah kegiatan usaha yang tetap tumbuh positif didorong oleh kegiatan usaha di sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Jasa-jasa, serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper