Bisnis.com, JAKARTA - Keberlangsungan investasi pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi I berpengaruh besar pada pasokan energi dalam negeri.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan batu bara masih menjadi energi paling murah untuk menghasilkan listrik dengan bauran sekitar 60% hingga 2028. Setidaknya, pasokan batu bara untuk pembangkitan tersebut sebanyak 75% berasal dari perusahaan yang sudah berkontrak dengan PT PLN (Persero).
Jika lebih dirinci kembali, sebanyak 80% yang berkontrak tersebut merupakan existing supplier. Dari existing supplier tersebut, sebanyak 60% merupakan pemegang PKP2B generasi I.
"Kalau investasi tidak berlanjut, bagaimana pasokan [listrik] dari PLN? Ini juga faktor tidak kalah penting dengan aspek ekonomi [lainnya]," katanya, Selasa (21/1/2020).
Adapun komoditas batu bara berkontribusi sekitar 80% dari total penerimaan negara bukan pajak (PNBP) subsektor pertambangan mineral dan batu bara.
"Ini sangat penting, kita belum lihat pajak-pajak yang lain masuk ke Kemenkeu. Ada PPN, PPH, itu jumlahnya besar sekali," sebutnya.
Hendra juga mengatakan investasi batu bara berkaitan dengan perekonomian regional. Saat ini konsentrasi produksi batu bara berada di Kalimantan. Saat harga batu bara berada di titik terendah, Kalimantan menjadi wilayah dengan perekonomian minus.
"Jadi, kalau investasi tidak berlanjut akan bisa kelihatan Kalimantan minus berapa, overall nasional akan berkurang berapa. Ini mungkin akan berpengaruh terhadap perkembangan regional di mana pemerintah lagi fokus pada membangun ibu kota negara," katanya.