Bisnis.com, JAKARTA -- Sriwijaya Air Group menyatakan sedang melakukan audit secara independen terhadap seluruh kewajibannya atas beberapa kreditur grup maskapai itu.
Direktur Utama Sriwijaya Air Group Jefferson I. Jauwena mengatakan nominal utang yang beredar di media massa maupun klaim sepihak dari kreditur masih perlu dibuktikan kewajarannya. Total nilai utang akan disampaikan setelah proses audit selesai pada 1 bulan atau 2 bulan mendatang.
"Makanya kami menunjuk auditor independen untuk memastikan apakah tagihan yang ditagihkan itu wajar atau tidak," kata Jefferson, Senin (20/1/2020).
Dia menambahkan hasil nilai utang yang muncul setelah proses audit tuntas akan langsung dibicarakan dengan kreditur. Maskapai berkomitmen untuk tetap menyelesaikan seluruh kewajibannya.
Menurutnya, angka utang Sriwijaya yang beredar di media massa terlalu tinggi. Perlu ada pembuktian lebih lanjut melalui auditor independen.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis.com, total utang Sriwijaya pada 2018 mencapai Rp2,33 triliun, sedangkan pada 2019 sudah berkurang 13,35% menjadi Rp2,02 triliun. Perinciannya, antara lain Pertamina Rp846 miliar, BNI Rp563 miliar, dan GMF AeroAsia Rp616 miliar.
Baca Juga
"Itu angka menurut catatan mereka [kreditur], nanti akan coba kami bicarakan. Menurut kami tidak segitu besar, makanya kami tunjuk auditor independen," ujarnya.