Bisnis.com, MEMPAWAH -- PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) melaporkan perkembangan pembangunan sisi laut Terminal Kijing di Kalimantan Barat sudah mencapai 43 persen dengan dana investasi sebesar Rp1,3 triliun.
Direktur Utama Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II/IPC Elvyn G. Masassya mengatakan pencapaian tersebut sudah sesuai dengan penghitungan waktu yang direncanakan. Diharapkan salah satu proyek strategis nasional tersebut bisa mulai beroperasi pada tahun ini.
“Progres pembangunan saat ini sudah 43 persen. Dana yang sudah dialokasikan sejauh ini sebesar Rp1,3 triliun dari total nilai proyek Rp2,7 triliun," kata Elvyn, Kamis (16/1/2020).
Dia menambahkan progres tersebut terdiri atas pekerjaan darat, jalan penghubung ke dermaga (trestle), dan dermaga.
Kawasan darat merupakan seluruh area operasional terminal di luar lapangan penumpukan bangunan pendukung. Adapun, trestle memiliki panjang 3.450 × 19,8 meter dengan konsep konstruksi deck on pile.
Rencana pola operasi dermaga adalah shore to ship dengan continer crane rail span 100 feet dan shore to yard dengan alat transportasi truck container trailer tandem (double chasis). Selain itu, Shore to Ship dengan harbour mobile crane (HMC) dan Shore to Yard dengan trucking system.
Pembangunan Terminal Kijing Tahap I meliputi terminal peti kemas di sisi laut seluas 1.000 meter x 100 meter, lapangan operasional di sisi darat, serta trestle. Nantinya, terminal ini menjadi bagian dari Pelabuhan Pontianak.
Terminal ini dikembangkan dengan konsep digital port, yang dilengkapi peralatan bongkar muat modern. Kedalaman kolam (draft) mencapai 15 meter di bawah permukaan laut karena menjadi pelabuhan pengumpul (hub) agar dapat digunakan untuk bersandar dan melakukan bongkar muat kapal besar yang mengangkut sumber daya alam Kalimantan Barat.
Kalbar menempati posisi ke-5 dari 6 sentra produksi sawit nasional, dengan kontribusi sekitar 7% dari produksi nasional. Pada 2016 produksi perkebunan karet rakyat di Kalbar mencapai 261.000 ton.
Adapun, dengan mempertimbangkan geografi, konektivitas, dan serapan dari Kalimantan Barat, maka diasumsikan volume karet yang sampai di Kijing berasal dari daerah di sekitarnya, yaitu Sambas, Bengkayang, Landak, Mempawah, Sanggau, Sintang, Sekadau, dan Singkawang.