Bisnis.com, JAKARTA - Ketidakpastian dari kebijakan dagang, perselisihan geopolitik, dan perlambantan pertumbuhan diperkirakan akan menjadi faktor keberlanjutan tren kredit korporasi non-finansial kawasan Asia Pasifik (APAC) yang negatif pada kuartal IV/2019 hingga 2020.
Moody's Investor Service mengatakan bahwa secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi global akan tetap lesu bersamaan dengan pertumbuhan di AS dan China yang terus melambat masing-masing 1,7% dan 5,8% tahun ini.
Dalam laporan Moody's berjudul Asia-Pacific Credit Trends: Fourth Quarter 2019 Negative Credit Trend to Continue in 2020, pemeringkat itu menggarisbawahi dampak sentimen penandatangan kesepakatan dagang fase satu AS-China.
Meskipun positif, mereka menilai bahwa kesepakatan ini tidak akan langsung membenahi masalah inti yang memicu konflik di antara dua negara, sehingga ketidakpastian masih akan berlangsung untuk beberapa waktu ke depan.
"Ketidakpastian akan terus meredam sentimen bisnis dan investasi, yang berdampak buruk terhadap pertumbuhan pendapatan dan profitabilitas korporasi," kata Clara Lau, Pejabat Kredit dan Wakil Presiden Senior Moody's Group, dalam laporan yang diterima Bisnis.com, Kamis (16/1/2020).
Mereka menambahkan, bank sentral utama, termasuk The Fed, Bank Sentral Eropa, dan Bank Sentral Jepang diperkirakan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif.
Langkah ini diharapkan akan menyediakan likuiditas jangka pendek, mendukung pertumbuhan serta menjaga stabilitas kredit dan pasar keuangan.
Peringkat dengan implikasi negatif pada korporasi non finansial di Asia-Pasifik naik menjadi 17% pada akhir 2019 dari 10% pada akhir 2018.
Akibatnya, pangsa peringkat dengan prospek stabil turun menjadi 79% pada akhir 2019 dari 85% pada akhir 2018.
Untuk korporasi Asia dan Jepang secara khusus, pangsa peringkat dengan implikasi negatif meningkat masing-masing menjadi 19% dan 24%.
"Kami memperkirakan sektor otomotif akan berada di bawah tekanan paling negatif dengan pangsa peringkat berimplikasi negatif sebesar 41% pada akhir 2019," tulis Moody's.
Mereka juga memproyeksikan profil kredit beberapa perusahaan otomotif akan melemah, berbanding lurus dengan permintaan di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi di pasar utama.
Di sisi lain, regulasi terkait emisi dan investasi pada teknologi baru akan berdampak pada kinerja keuangan dan kualitas kredit perusahaan pembuat mobil.
Pada 2019, tren kredit untuk portofolio korporasi yang dipantau oleh Moody's dilaporkan berada pada posisi negatif, di mana tren terlihat memburuk pada kuartal III/2019.
Sepanjang tahun yang sama ada 128 peringkat negatif dan 48 peringkat positif yang diumumkan Moody's. China (38), India (24) dan Jepang (21) adalah tiga kontributor utama, dengan lebih dari 60% dari total tindakan pemeringkatan negatif.