Bisnis.com, JAKARTA - Chow Tai Fook Jewellery Group Ltd. mengatakan berencana untuk menutup sekitar 15 tokonya di Hong Kong setelah masa sewa mereka berakhir tahun ini.
Rencana ini juga dapat diartikan sebagai tanda bahwa pengecer besar mulai menarik diri dari ekonomi Hong Kong saat protes anti-China masih berlanjut.
Chow Tai Fook akan menutup toko-toko mereka karena adanya kemungkinan tantangan makro yang akan terus berlanjut dalam enam hingga dua belas bulan ke depan.
Selain aksi protes yang kadang melumpuhkan kota, harga emas yang tidak menentu dan ketegangan perdagangan AS-China turut membani prospek perusahaan.
Menurut situs resminya, Chow Tai Fook saat ini memiliki 86 gerai ritel di Hong Kong. Mereka adalah penjual perhiasan terbesar kedua di dunia berdasarkan nilai pasar, setelah Tiffany & Co.
"Penutupan toko terutama akan dilakukan di kawasan wisata seperti Causeway Bay, Mong Kok dan Tsim Sha Tsui. Kami akan terus meninjau produktivitas toko dan mengoptimalkan jaringan ritel di Hong Kong," kata perusahaan, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (14/1/2020).
Toko perhiasan yang dikendalikan oleh keluarga miliarder Cheng, mengalami penurunan penjualan selama tiga kuartal berturut-turut di Hong Kong dan Makau.
Sekarang perusahaan memilih untuk fokus pada bisnis di daratan China, di mana mereka berencana untuk menambah 600 toko baru sampai dengan 31 Maret 2020.
Sektor ritel dan pariwisata kota Hong Kong tengah bersiap untuk laporan pelemahan setelah enam bulan penjualan yang tertekan dan liburan Natal yang lesu.
Hong Kong, dengan pajak penjualan nol persen dan pusat perbelanjaan mewah, sebelumnya merupakan pintu gerbang bagi merek-merek mewah untuk menjangkau konsumen dari daratan China, yang senang berbelanja sambil berlibur.
Menurut sebuah laporan survei baru-baru ini, dengan jumlah wisatawan yang berada pada rekor terendah, sektor ritel akan kembali tertekan pada kuartal I/2020.
Lebih dari 5.600 pekerjaan terancam hilang dan ribuan toko kemungkinan ditutup pada paruh pertama tahun ini.
Sejumlah restoran dan bar terkemuka juga telah mengumumkan rencana penutupan, sedangkan jaringan toko kosmetik Sa Sa International Holdings Ltd. mengatakan kemungkinan akan menutup 30 tokonya di Hong Kong tahun ini.
Tahun Baru Imlek, di mana pengeluaran konsumen di Hong Kong biasaya melonjak bersamaan dengan meningkatnya jumlah wisatawan daratan China, kemungkinan tidak akan memberikan dorongan yang sama pada perayaan kali ini.
Jumlah pengunjung yang datang ke Hong Kong jatuh sebesar 53% selama pekan Natal dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut laporan media setempat.