Bisnis.com, JAKARTA - Bauran kebijakan pemerintah dalam menjaga komponen inflasi menjadi salah satu faktor utama rendahnya inflasi tahunan Indonesia pada 2019.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, inflasi yang rendah salah satunya disebabkan oleh bauran kebijakan yang baik dari instansi-instansi pemerintah.
Ia menjelaskan, pemerintah mampu menjaga ketersediaan bahan-bahan pokok sehingga inflasi volatile foods dapat ditekan. Hal ini juga diikuti dengan terjaganya barang subsidi dan perbaikan pengelolaan supply chain yang berdampak pada stabilnya inflasi administered price.
"Ini menandakan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia [BI] dan pemerintah sudah tepat. Karena, biasanya pada bulan Desember inflasi cukup tinggi," katanya saat dihubungi pada Kamis (2/1/2020).
Di sisi lain, rendahnya inflasi menandakan indikasi awal menurunnya konsumsi masyarakat. Ia mengatakan, sebagian dari masyarakat telah menunda konsumsi akhir tahunnya untuk mengantisipasi kenaikan harga sejumlah hal, diantaranya iuran BPJS Kesehatan dan cukai rokok.
Sementara itu, sebagian masyarakat lain diperkirakan sudah mulai terdampak pelemahan ekonomi global. Hal tersebut mengakibatkan turunnya permintaan yang pada akhirnya berimbas pada daya beli.
Guna menggenjot daya beli masyarakat, Josua mengatakan pemerintah harus menjaga inflasi pangan tetap stabil. Hal ini karena inflasi pangan Indonesia menunjukkan tren peningkatan sejak 2018.
Selain itu, belanja bantuan sosial (bansos) juga harus segera dilakukan pemerintah. Jenis belanja ini, katanya, diharapkan mampu menutupi penurunan yang disebabkan oleh kenaikan beragam tarif seperti BPJS Kesehatan dan cukai rokok.
"Efektivitasnya [belanja bansos] juga harus diperhatikan agar lebih tepat sasaran ke masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin cepat penyaluran belanja ini juga semakin baik," tuturnya.