Bisnis.com, JAKARTA — Sektor properti turut merasakan dampak dari musibah banjir yang melanda sejumlah wilayah di kawasan Jabodetabek yang terjadi pada awal tahun ini.
Manager Research & Consultancy Coldwell Banker Commercial Angra Angreni mengatakan dampak dari musibah banjir utamanya akan terasa untuk segmen residensial atau perumahan tapak.
Menurutnya, kawasan perumahan yang terdampak banjir berpotensi untuk terjadi penyesuaian harga karena biasanya konsumen akan cenderung menolak membeli hunian yang rawan banjir. Pembeli juga biasanya akan lebih ketat lagi dalam memilih lokasi sebelum membeli properti.
“Tentu saja akan terjadi penyesuaian harga untuk kawasan properti yang terdampak banjir baik yang secondary maupun primary,” ujar Angra kepada Bisnis, Rabu (1/1/2020).
Adapun, dampak banjir bagi pengembang adalah adanya kerusakan fasilitas dan infrastruktur yang terendam banjir. Angra mengungkapkan biaya perbaikan yang harus dikeluarkan para pengembang untuk perbaikan pascabanjir biasanya cukup besar.
“Pengembang harus mengeluarkan dana ekstra untuk konstruksi, distribusi material, dan biaya perbaikan lainnya,” ucapnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Angra menyatakan pengembang memiliki peranan yang penting dalam mengantisipasi musibah banjir. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan pengembang antara lain adalah memperhatikan luas lahan yang dibangun, menyediakan ruang terbuka hijau, membuat lubang resapan biopori, dan penyediaan bendungan/danau buatan.
“Pengembang juga diharapkan tidak lagi menjual gimmick bebas banjir, karena dimanapun lokasinya meski tidak terkena banjir, tetapi akses di sekitarnya bisa saja terhambat banjir,” ungkapnya.
Dalam melakukan pencegahan banjir, imbuhnya, para pengembang juga membutuhkan kerja sama dan dukungan dari pemerintah.
Adapun, peran yang dapat dilakukan pemerintah antara lain adalah ketegasan dalam mempertahankan lahan-lahan yang tidak boleh dibangun, batasan-batasan zona yang harus diperjelas, hingga normalisasi sungai.