Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teknologi Tertinggal, Industri Mainan Butuh Investasi Baru

Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas mengatakan potensi pasar industri mainan di dalam negeri masih sangat besar.
Pameran mainan-ilustrasi/Bisnis.com
Pameran mainan-ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Industri mainan dalam negeri dinilai membutuhkan dukungan investasi baru dari luar negeri guna mengadaptasi teknologi terbaru dan meningkatkan kapasitas produksi.

Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas mengatakan potensi pasar industri mainan di dalam negeri masih sangat besar. Peluang itu, katanya, belum mampu dipenuhi oleh pelaku manufaktur lokal.

Menurutnya, gap itu membuka jalan bagi impor produk mainan dari luar negeri. "Industri lokal masih belum mencukupi sehingga memang masih butuh impor. Kita butuh investasi baru, terutama dari luar negeri," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/1/2020).

Sutjiadi menjelaskan penanaman modal baru dari luar negeri dibutuhkan untuk mendorong transfer teknologi. Pemodal asing, khususnya asal China, diyakini memiliki pengetahuan dan peralatan terkini untuk meningkatkan produk mainan.

Tujuan itu, jelas dia, sejalan dengan upaya pemerintah untuk menjalankan revolusi industri 4.0. "Kita ingin menggandeng investor China untuk alih teknologi. Mereka sangat maju, sedangkan kita jauh tertinggal."

Investasi baru di sektor mainan, kata Sutjiadi, memang terbilang besar dengan kebutuhan dana mencapai Rp10 miliar per pusat produksi. Oleh karena itu pelaku industri lokal membutuhkan mitra pemodal asing.

Di sisi lain, dia menilai perusahaan mainan lokal sudah mulai melakukan aktivitas perakitan mainan dari bahan baku impor. "Karena biaya untuk produksi dengan alat terbaru butuh dana besar, maka mereka mulai dengan perakitan dahulu," katanya.

Guna mendorong masuknya investasi baru, Sutjiadi berharap pemerintah bisa mendorong iklim usaha yang lebih kondusif dengan kebijakan yang lebih sinkron antara pusat dan daerah. Hambatan dalam faktor-faktor tersebut membuat sejumlah pemodal asing urung merealisasikan niatnya untuk masuk ke Indonesia pada 2019.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper