Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia diyakini akan menahan suku bunga acuan pada Desember 2019, mengingat ada risiko jika ruang pemangkasan diambil pada bulan ini yaitu kinerja rupiah dikhawatirkan bisa tertekan.
Kepala Ekonom BNI, Ryan Kiryanto menjelaskan pada bulan ini, Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR) dengan pertimbangan The Fed juga tak lagi menurunkan suku bunga acuan hingga akhir tahun 2020. Beberapa pertimbangan lain adalah adanya kecenderungan bank-bank sentral negara lain ikut menahan suku bunga acuan jelang akhir tahun.
Adapun dari sisi internal menurut Ryan, inflasi yang terkendali 3,5 persen sampai akhir 2019 juga diperkirakan akan bertahan relatif rendah sekitar 3,2 persen. Selain itu, realisasi suku bunga perbankan sudah bergerak turun berkisar 50 basis poin (bps) mengikuti arah BI7DRR yang tahun ini terpangkas 100 bps.
Dia pun menilai, ada beberapa kondisi lain yang masih stabil adalah cadangan devisa kita US$126,7 miliar, dan BI juga sudah menjaga stance kebijakan moneter yang akomodatif guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan langkah dua kali merelaksasi Giro Wajib Minimum dan Loan to Value (LTV) untuk properti dan otomotif.
“Maka pertimbangan lain menahan suku bunga acuan adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing utamanya dolar, di tengah meredanya ketegangan faktor eksternal seperti perang dagang, Brexit, dan risiko geopolitik lain,” ujar Ryan kepada Bisnis, Rabu (18/12/2019).
Dia menilai, BI perlu menahan diri dari godaan menggunakan ruang pemangkasan suku bunga acuan, terutama menunggu efektivitas dari GWM dan LTV untuk sektor properti dan otomotif agar fasilitas kredit dimanfaatkan lebih optimal oleh sektor riil.
BI dinilai perlu menahan godaan untuk memberi ruang bagi perbankan meningkatkan ekspansi kredit. Hal ini juga hanya bisa optimal terealisasi dengan dukungan percepatan belanja modal pemerintah melalui kementerian dan lembaga pada kuartal IV/2019.
“Jadi jika BI tetap menurunkan suku bunga bulan ini ada risiko rupiah yang tertekan, karena kinerja neraca perdagangan buruk, dan orang sedang butuh dolar AS untuk akhir tahun,” jelas Ryan.
Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana menjelaskan, BI7DRR sebaiknya diproyeksikan masih akan tertahan 5,00 persen karena memberikan imbal hasil yang menarik untuk memegang instrument rupiah dibandingkan negara lain. Oleh sebab itu, jika BI kembali memangkas suku bunga acuannya bulan ini perlu mempertimbangkan dinamisme global tahun depan.
“Risikonya nanti ada di global, kalau global bergejolak, dan tingkat pengembalian relatif tipis maka ada risiko. Namun sejauh ini global masih aman,” ungkap Wisnu.
Sementara itu risiko yang mengintar dari sisi domestik kata Wisnu adalah jika bank terus memaksakan pertumbuhan di saat kualitas permintaan kredit kurang baik. Menurutnya, kemungkinan geliat perbankan bisa berdarah-darah hanya terjadi jika ada kemungkinan turun 100 basis poin dari posisi saat ini.