Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor Jepang belum memberikan indikasi penguatan meskipun ada tanda-tanda baru dari kenaikan di manufaktur global. Ekonom memprediksikan penurunan bisa menyentuh level 8,9 persen.
Data Kementerian Keuangan menunjukkan nilai pengiriman ke luar negeri turun 7,9% pada November secara tahunan, untuk 12 bulan berturut-turut akibat penurunan ekspor mobil serta peralatan konstruksi dan pertambangan.
Dilansir melalui Bloomberg, ekonom memperkirakan penurunan 8,9%.
Penurunan kali ini memperpanjang kontraksi ekspor Jepang sejak 2016, tetapi analis mengatakan angka yang sedikit lebih baik dari perkiraan kali ini menunjukkan bahwa penurunan setidaknya telah mencapai titik terbawahnya (bottom out)
Pengiriman ke China, pasar luar negeri terbesar Jepang, turun paling sedikit sejak Februari.
Ekspor ke China turun 5,4%, sedangkan pengiriman ke Uni Eropa turun 7,5%. Pengiriman ke AS turun 12,9%, terbesar sejak 2016.
"Dengan tanda-tanda yang terburuk sudah berakhir untuk perlambatan global, ekspor harus kembali ke level positif sekitar semester pertama tahun depan," kata ekonom Takeshi Minami di Norinchukin Research Institute, dikutip melalui Bloomberg, Rabu (18/12/2019).
Penurunan pengiriman luar negeri yang berkelanjutan menambah tantangan di tengah perkiraan bahwa ekonomi Jepang akan menyusut 2,6% pada kuartal IV/2019 karena tekanan dari dalam negeri, termasuk kerusakan pasca topan dan kenaikan pajak penjualan.
Ekspor terkait teknologi memberikan beberapa tanda perbaikan, meskipun datanya beragam.
Nilai pengiriman peralatan pembuatan semi-konduktor ke luar negeri naik 4,1%, jauh lebih baik daripada rata-rata penurunan dua digit pada bulan April-September, tetapi volume pengiriman masih turun hampir 8%.
Ekspor chip turun hanya 1,3% sementara volumenya menguat.
Bank Sentral Jepang mengatakan ketidakpastian terkait ekonomi luar negeri memberikan risiko terbesar untuk prospek ekonomi.
Tetapi paket belanja negara US$120 miliar yang diluncurkan bulan ini oleh pemerintahan Abe telah memberikan ruang bagi BOJ untuk menunda penambahan stimulus pada pertemuan Kamis (19/12) dan untuk beberapa bulan mendatang.