Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manajer Boeing yang Berupaya Hentikan Produksi 737 MAX Siap Bersaksi

Seorang mantan manajer Boeing yang pernah merekomendasikan penghentian produksi pesawat jet 737 MAX akan bersaksi di depan komite DPR Amerika Serikat pada Rabu (11/12/2019) waktu setempat.
Boeing 737 MAX yang merupakan pesawat buatan Boeing yang paling banyak diminati. /Boeing
Boeing 737 MAX yang merupakan pesawat buatan Boeing yang paling banyak diminati. /Boeing

Bisnis.com, JAKARTA – Seorang mantan manajer Boeing yang pernah merekomendasikan penghentian produksi pesawat jet 737 MAX akan bersaksi di depan komite DPR Amerika Serikat pada Rabu (11/12/2019) waktu setempat.

Rekomendasinya itu terungkap dalam sebuah surel yang dilayangkan kepada general manager Boeing untuk program 737 MAX pada 2018. Ed Pierson, si manajer tersebut, mengemukakan kelelahan yang dialami pekerja pabrikan pesawat asal AS ini.

Tekanan untuk mempertahankan jadwal produksi disebut Pierson telah menyebabkan karyawan mengerjakan segala sesuatu dengan serba cepat.

Pierson pun merekomendasikan penghentian produksi jet terlaris Boeing ini, menurut bagian dari surel yang dibacakan oleh Perwakilan Demokrat Albio Sires dalam sesi dengar pada 30 Oktober 2019 yang dihadiri oleh Presiden Boeing Dennis Muilenburg.

Meski nama Pierson tidak disebutkan dalam sesi dengar itu, sumber terkait mengungkapkan bahwa surel itu dituliskan oleh Pierson. Oleh Sires, Pierson disebut pernah bertindak sebagai manajer senior di tim perakitan final 737 MAX.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, juru bicara Boeing Gordon Johndroe mengatakan keprihatinan Pierson disampaikan sebelum dan sesudah jatuhnya dua pesawat 737 MAX masing-masing di Indonesia dan Ethiopia.

“Para eksekutif dan pemimpin senior perusahaan untuk program 737 diberi tahu mengenai keprihatinan Pierson, membahasnya secara terperinci, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencermatinya,” terang pihak Boeing dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Bloomberg,

Namun Boeing menampik pendapat Pierson bahwa masalah produksi terkait dengan tragedi tersebut. Kecelakaan itu sendiri terjadi setelah sistem kontrol penerbangan di pesawat tidak berfungsi dan berulang kali mendorong hidung pesawat turun hingga pilot kehilangan kendali.

"Pierson mengangkat isu tentang produksi 737 MAX, namun tidak ada satu pun otoritas yang menyelidiki kecelakaan-kecelakaan ini menemukan bahwa kondisi produksi di pabrik 737 berkontribusi terhadap kecelakaan,” terang Boeing.

Masalah produksi memang tidak masuk dalam banyak faktor penyebab jatuhnya pesawat Lion Air 737 MAX dalam laporan akhir Komite Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia.

Sementara itu, laporan tentang penyebab kecelakaan pesawat berjenis sama yang dioperasikan Ethiopian Airlines masih belum dituntaskan.

Seperti diketahui, Boeing 737 MAX yang dioperasikan Lion Air jatuh ke Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas pada 29 Oktober 2018.

Hanya berselang kurang dari lima bulan setelah kecelakaan di Indonesia, sebuah pesawat Ethiopian Airlines bermodel sama jatuh menghantam daratan Ethiopia pada Maret 2019.

Kedua tragedi ini serentak mendorong larangan terbang pesawat jet terlaris Boeing tersebut dan investigasi menyeluruh oleh otoritas penerbangan khususnya di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper