Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia menyebut ruang penurunan suku bunga masih ada. Namun, ke depannya bank sentral akan lebih berhati-hati dalam mengambil setiap keputusan sambil mencermati data (data dependent).
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo, bahwa BI akan melihat seberapa besar risiko yang akan muncul di depan dan pengaruhnya terhadap pencapaian target.
“Beda dengan 2 bulan lalu ketika kami lebih forward guidance mengatakan bulan depan akan turunkan suku bunga. Sekarang paling tidak kami berhati-hati, room masih ada untuk penurunan suku bunga maupun ekspansi likuiditas tetapi sangat data dependent,” kata Dody di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Melihat perkembangan sekarang ini, lanjut Dody, BI relatif masih akan menggunakan pedal gas makroprudensial, misalnya, melonggarkan kebijakan moneter untuk mendorong sektor riil melalui pinjaman perbankan.
Perbankan diberikan keleluasaan untuk memberikan pinjaman yang sifatnya prudent setelah BI memberikan relaksasi loan to value (LTV) untuk kredit properti, rasio financing to value (FTV) untuk pembiayaan properti, dan uang muka untuk pembiayaan kendaraan bermotor terutama yang berwawasan lingkungan.
“Paling tidak, perbankan berada pada posisi likuiditas secara agregat cukup ample. Masalahnya memang permintaannya yang belum muncul,” lanjut Dody.
Baca Juga
Di tengah perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian global, Bank Indonesia menilai pertumbuhan Indonesia pada level 5,02% yang didorong konsumsi sekarang ini masih cukup baik.
BI memperkirakan pada 2020 pertumbuhan ekonomi bakal berada pada kisaran 5,1%—5,5% dan inflasi sekitar 3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel