Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Dinilai Relatif Aman Jika Terjadi Resesi Global

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan Indonesia tidak akan menderita jika terjadi resesi global karena Indonesia bukanlah negara dengan export oriented, ataupun negara yang bertumpu dari global supply chain. Dengan demikian, Indonesia tidak akan tergantung dengan penurunan volume perdagangan dunia.
Pemandangan deretan gedung bertingkat di ibu kota terlihat dari kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (5/11/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 tumbuh sebesar 5,02 persen secara tahunan, capaian tersebut lebih rendah dari kuartal II 2019 yang mencapai 5,05 persen./ANTARA FOTO-Galih Pradipta
Pemandangan deretan gedung bertingkat di ibu kota terlihat dari kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (5/11/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 tumbuh sebesar 5,02 persen secara tahunan, capaian tersebut lebih rendah dari kuartal II 2019 yang mencapai 5,05 persen./ANTARA FOTO-Galih Pradipta

Bisnis.com, LABUAN BAJO – Jika terjadi perlambatan ekonomi global pada 2020 sampai 2021, Indonesia dinilai masih aman karena tidak tergantung pada geliat perdagangan antarnegara.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan Indonesia tidak akan menderita jika terjadi resesi global karena Indonesia bukanlah negara dengan export oriented, ataupun negara yang bertumpu dari global supply chain. Dengan demikian, Indonesia tidak akan tergantung dengan penurunan volume perdagangan dunia.

Dia menyebut, Bank Dunia sudah mengingatkan negara-negara berbasis komoditas untuk ekspor seperti Indonesia untuk memanajemen aset sumber daya alam (SDA) dengan baik. Adapun yang dikelola dengan baik saat ini adalah tempat wisata.

Misalnya saja, pada 2004 sampai 2005, China masih bisa tumbuh 14,2% dan mulai 2010 menjadi single digit akibat rebalancing ekonomi dunia dan perang dagang. Alhasil, ekonomi China terpukul dalam.

Dia memerinci, China yang masih terpukul dalam ketika ekonomi dunia melemah. Hal ini mengingat negara dengan tulang punggung dominan pada ekspor adalah China, Jepang, dan Korea.

Negara lain yang rentan dengan perlambatan ekonomi adalah negara yang terlibat dalam global value chain. Indonesia sebaliknya, bukan masuk dalam negara yang terlibat pada global value chain.

“Karena negara ini sebelumnya hidup hanya dari ekspor, sampai sekarang. Indonesia berkebalikan dari China, pertumbuhan kita 5% itu sudah baik dan semoga bisa 5,3% ke depan dengan sinkronisasi moneter dan fiskal,” ujar Ryan di Hotel Ayana, Senin (9/12/2019).

Adapun pertumbuhan Amerika Serikat pada 2020 akan diproyeksikan tumbuh 2,2%, maka jika prediksi meleset pada kisaran 2% saja menurut Ryan, itu sudah baik.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Endy Dwi Tjahjono menyatakan pada ekspor kuartal III/2019 membaik, terlihat dari tumbuh positif menjadi 0,02% (yoy) dari kinerja kuartal sebelumnya yang menurun sebesar 1,98% (yoy).

“Perbaikan ditopang antara lain oleh ekspor manufaktur misalnya otomotif, besi dan baja,” ujar Endy.

Dia menjelaskan, perbaikan ini belum kuat karena permintaan dan harga global yang menurun. Misalnya saja, untuk sektor otomotif, permintaan dalam negeri relatif rendah. Namun ini ada oversupply yang dikirim ke luar negeri. Sebaliknya, impor juga pada kuartal III/2019 menurun 8,61% (yoy) lebih dalam dari kinerja pada kuartal sebelumnya yang menurun 6,78% (yoy).

Pasalnya, penurunan tersebut sejalan dengan perbaikan ekspor yang belum kuat, investasi nonbangunan yang melemah serta dampak dari sinergi bauran kebijakan yang telah ditempuh untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan.

Dia menambahkan penyebab yang signifikan terhadap penurunan impor adalah karena penerapan B20 yang mengurangi impor migas.

“Kemudian, nonmigas impor bahan baku dan barang modal masih turun. Karena kalau barang modal terkait investasi yang masih lama, ekspor yang masih turun dan masih lemah. Barang konsumsi impornya naik pada November 2019 dan ini temporer untuk hadapi libur Natal dan Tahun baru,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper