Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) menyatakan target pertumbuhan industri plastik pada akhir tahun ini direvisi menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4% karena sektor makanan dan minuman yang melambat.
Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiyono mengatakan industri plastik nasional mengalokasikan 60% dari total produksi untuk kebutuhan kemasan plastik makanan dan minuman (mamin). Fajar memproyeksikan pertumbuhan pada tahun depan akan terus melambat, kendati tetap tumbuh positif.
“Cuma tercapai 5,2% karena ada Pemilu. Kemarin kan benar-benar panas. Juga memang karena perang dagang Amerika Serikat dan China,” katanya kepada Bisnis, Rabu (4/12/2019).
Menurutnya, peluang pertumbuhan industri plastik nasional masih besar lantaran konsumsi per kapita nasional berada di level 23 kg. Fajar berpendapat peluang tersebut dapat dimanfaatkan lantaran daya beli konsumen pada tahun diproyeksikan masih relatif bagus.
Dia memprediksi pertumbuhan pada tahun depan akan didorong oleh keadaan politik yang lebih stabil dan pemanfaatan peluang perang dagang oleh pelaku industri plastik.
Kementerian Perindustrian (Kemeperin) menyatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) sepanjang Januari—September 2019 hanya tumbuh 7,9%. Kementerian menilai tertahannya pertumbuhan industri mamin pada tahun ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan pada semester I/2019.
Adapun, produksi industri mamin pada semester I/2019 hanya mampu tumbuh 7,4% secara tahunan. Oleh karena itu, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menyatakan industri mamin maksimal dapat tumbuh 8% secara tahunan.
Fajar menyatakan tantangan yang ahrus diperhatikan oleh industri plastik nasional adalah masuknya produk-produk hilir plastik kebutuhan rumah tangga. Pihaknya sudah menyampaikan kekhawatiran tersebut kepada Kemenperin dan meminta untuk mencegah pertumbuhan impor tersebut.