Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan produksi industri makanan ringan diperkirakan masih positif bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan sektor makanan dan minuman (mamin). Hal itu didorong oleh inovasi produk dan penyesuaian harga di pasaran.
PT Mondelez Indonesia menyatakan pertumbuhan produksi biskuit perseroan di pasar saat ini mengalami tekanan karena perlambatan permintaan di dalam dan luar negeri serta pelemahan daya beli. Namun, tingginya konsumsi makanan ringan di dalam negeri membuat perseroan meramalkan pertumbuhan pada tahun depan dapat lebih baik.
“Kami percaya pasar ini [makanan ringan di Indonesia] masih muda dan besar. Kami percaya dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah dan meyakini tingkat konsumsi akan kembali normal. Fokus kami adalah mempersiapkan [kapasitas produksi] saat tingkat konsumsi kembali normal,” kata Presiden Direktur Mondelez Indonesia Sachin Prasad seusai Pemaparan Hasil Survei “State of Snacking”, Selasa (3/12/2019).
Dia mengatakan pengaruh pelemahan permintaan global dan lokal pada proses produksi perusahaan tidak terlalu signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya teknologi pada produksi biskuit perseroan, alhasil permintaan pada parikan biskuit di dalam negeri tidak turun. Adapun, 60% dari total produksi biskuit perseroan dialokasikan untuk pasar global.
Kendati demikian, Sachin menyatakan pelemahan daya beli menjadi salah satu tantangan bagi industri makanan ringan pada tahun depan. Perseroan akan mengeluarkan produk perseroan dengan kemasan lebih kecil pada rentang harga Rp1.000 — Rp5.000.
Sachin mencatat segmen harga tersebut berkontribusi sekitar 35% dari total pasar biskuit di dalam negeri. Adapun, 60% dari total distribusi biskuit di dalam negeri masih didominasi oleh pasar tradisional seperti toko dan warung.
“Rentang harga yang tepat dan ketersediaan di sekitar tempat tinggal menjadi kunci.”