Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk siap menjadi pemenang di masa depan dengan melakukan berbagai adaptasi dengan perkembangan di sektor energi.
Dharmawan H. Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan bahwa perseroan berkomitmen penuh untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang kompetitif. Langkah itu akan direalisasikan dengan mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan menembus Fortune 100 pada 2026.
Selain itu, Pertamina juga akan terus melakukan adaptasi dalam melakukan transisi energi dengan melibatkan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.
“Pertamina terus beradaptasi terhadap perkembangan baru untuk menjadi pemenang di masa depan,” katanya saat menutup Pertamina Energy Forum 2019.
Dharmawan menuturkan, perusahaan telah memiliki banyak pandangan dari penyelenggaraan Pertamina Energy Forum 2019. Pasalnya, ajang tahunan dengan tema ‘Driving Factors: What will Shape the Future of Energy Business’ itu banyak membahas transformasi bisnis energi dari yang semula berbasis fosil menuju ke energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Menurutnya, Pertamina Energy Forum 2019 juga banyak membahas isu-isu seputar energi dari sudut pandang availability, affordability, accessability, acceptability dan sustainability.
“Transisi energi yang sedang terjadi dan tidak dapat dihentikan, yaitu transformasi dari bahan bakar fosil menuju ke energi baru terbarukan dan energi bersih,” ujarnya.
Sementara itu, Heru Setiawan, Direktur Perencanaan, Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, mengatakan bahwa seluruh pihak termasuk Pertamina harus menghadapi transformasi energi.
Dia menyebut ada tiga skenario yang dapat dijalankan untuk menghadapi transformasi energi itu, yakni menjalankan bisnis seperti biasa, menangkap keinginan pasar, dan menjalankan bisnis yang paling ramah lingkungan.
Heru menuturkan, saat ini Pertamina telah menyiapkan rencana jangka panjang yang disesuaikan dengan kondisi dan perilaku konsumen untuk melakukan transformasi energi.
“Inilah yang Pertamina akan lakukan agar tetap tumbuh untuk rakyat, dan juga sebagai perusahaan. Kami harus menyeimbangkan antara menjaga mandat dan menjalankan misi sebagai perusahaan bisnis,” katanya.
Menurutnya, Pertamina juga membuat strategi bisnis jangka panjang Pertamina akan menyesuaikan pada enam tren perubahan di sektor energi dunia, yaitu dekarbonisasi, konsumerisasi, elektrifikasi, desentralisasi, digitalisasi, dan integrasi.
“Kami juga melihat ada disrupsi, dan terkait ini kami membagi empat, ekonomi makro, regulasi, pelanggan dan kompetisi, serta teknologi. Berdasarkan ini kami lihat ada disrupsi yang kami pertimbangkan,” ucapnya.
Untuk menghadapi transisi energi, Pertamina telah melakukan berbagai upaya, mulai dari melakukan penelitian membangun pabrik baterai kendaraan listrik, hingga konversi kilang minyak agar bisa mengolah minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi bahan bakar.
Saat ini, Pertamina telah mulai mengolah produk turunan CPO menjadi bensin di Kilang Plaju. Selain itu, Pertamina juga memproses produk turunan CPO menjadi solar yang dilakukan di Kilang Dumai, serta melakukan riset bersama ENI untuk pengembangan green refinery.
Pada kesempatan yang sama, Sundeep Biswas, Partner and Head of AT Kearney’s Energy Practice in Sea, mengatakan bahwa transisi energi akan memunculkan potensi bisnis baru. Transformasi energi membuat perusahaan migas dan listrik memiliki celah baru untuk menghasilkan pendapatan.
“Misalnya kendaraan listrik butuh baterai. Jadi Energi baru menciptakan bisnis baru,” katanya.