Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sampai November, Bogasari Ekspor 273.000 Ton Produk Pakan Ternak

PT Bogasari Flour Mills (Bogasari) kembali melakukan ekspor produk sampingan gandum berupa white bran pellet dengan Filipina sebagai negara tujuan.
Pekerja memberikan pakan ternak./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja memberikan pakan ternak./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bogasari Flour Mills (Bogasari) kembali melakukan ekspor produk sampingan gandum berupa white bran pellet dengan Filipina sebagai negara tujuan.

Dalam acara pelepasan yang digelar pada Rabu (27/11/2019), sebanyak 7.700 ton pellet dikirim dengan nilai US$1,5 juta atau setara dengan Rp21 miliar. Lewat pengapalan kali ini, total ekspor pellet ke Filipina sampai November tercatat mencapai 58.000 ton dengan nilai Rp158 miliar.

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) Franciscus Welirang mengemukakan pellet merupakan salah satu produk turunan gandum dengan pasar yang prospektif. Adapun negara utama tujuan pengiriman produk pakan ternak yang dilakukan perusahaan mencakup negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.

“Pasar terbesar masih di Asia Timur, di negara-negara seperti China dan Jepang. Ekspor dalam volume besar juga menyasar Vietnam, Thailand, Filipina,” papar sosok yang akrab disapa Franky tersebut ketika melepas ekspor pellet.

Sampai November 2019, diperkirakan total ekspor produk pakan ternak oleh Bogasari bakal mencapai 273.000 ton atau setara dengan nilai Rp726 miliar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang turut melepas ekspor kali ini menyatakan bahwa pengiriman produk pakan ternak berbahan baku dedak gandum tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk menambah nilai produk impor. 

Dia tak memungkiri bahwa Indonesia masih mengimpor gandum dalam skala besar. Kendati demikian, dia menilai langkah tersebut perlu diiringi pula dengan upaya untuk menggenjot ekspor produk turunan gandum.

“Seperti itulah cara berpikir kita, kita boleh impor dan impor tidak haram apabila dengan segala daya dan upaya, kita tidak bisa memproduksinya di dalam negeri. Namun impor ini perlu diiringi pula dengan langkah hilirisasi,” kata Syahrul.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper