Bisnis.com, MALANG - Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim harus mampu menjadi produsen utama produk halal dunia, jangan hanya menjadi tukang stempel produk-produk halal dunia.
Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma'ruf Amin menegaskan hal itu pada Internasional Halal and Thayyib Conference 2019, di Universitas Brawijaya, Rabu (27/11/2019).
"Sebagai negara dengan mayoritas muslim pada 2018 lalu, total belanja produk halal Indonesia mencapai US$214 miliar atau 10% dari total produk halal dunia,"katanya, Rabu (27/11/2019).
Kondisi tersebut semakin kontras melihat Brasil dan Australia yang justru merupakan negara eksportir produk halal terbesar dunia yang notabene mayoritas penduduknya tidak beragama Islam.
Dia menegaskan, lebih merasa bahagia jika produk halal yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia diproduki dan dihasilkan oleh Indonesia serta bisa menjadi eksportir produk halal untuk pasar halal dunia.
Ma'ruf Amin menegaskan,makanan bersertifikat halal dipilih masyarakat bukan hanya semata mata karena kehalalananya tapi juga makanan yang berkualitas, enak rasanya, bergizi,dan thoyib atau baik.
"Perkembangan produk halal bersifat universal. Artinya tidak hanya untuk masyarakat muslim tapi juga merupakan bagian kehidupan masyarakat Indonesia tanpa memandang perbedaan yang ada,"ucapnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menambahkan untuk mendukung pengembangan produk halal di Indonesia, saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menerbitkan 11 pasar halal di Kota Malang dan Sidoarjo.
Selain itu, Pemrov Jatim juga akan menggiatkan Juru Sembelih Halal atau Juleha tidak hanya bagi Rumah Potong Hewan (RPH) tapi juga pada penjual daging di pasar tradisional.
"Sinergi bersama UB akan menjadi pioni Jawa Timur untuk menyiapkan Indonesia sebagai negara yang memproduksi produk-produk halal,"katanya.
Rektor UB Prof. Nuhfil Hanani menjelaskan di UB sendiri penerapan Halal Thoyib mulai dirintis dari kantin dan akan dikembangkan ke Rumah Sakit Akademik Halal.