Bisnis.com, JAKARTA – Laba perusahaan-perusahaan industri di China mencatat penurunan untuk bulan ketiga berturut-turut seiring dengan berlanjutnya penurunan harga produsen dan perlambatan permintaan domestik.
Dilansir melalui Bloomberg, data Biro Statistik Nasional (NBS) China yang dirilis Rabu (27/11/2019) menunjukkan laba industri turun 9,9 persen pada Oktober 2019.
Penurunan tersebut adalah yang terbesar sejak setidaknya tahun 2011. Adapun pada September 2019, laba industri mencatat penurunan 5,3 persen.
Sementara itu, harga aktual barang-barang manufaktur (factory gate price) turun 1,6 persen pada Oktober dan deflasi itu diperkirakan akan berlanjut pada November.
"Deflasi yang berlanjut dalam harga produsen kemungkinan akan menjaga tekanan pada laba,” ujar Ekonom Bloomberg David Qu dalam sebuah catatan sebelum rilis data laba industri.
Beberapa indikator awal kinerja ekonomi China telah menunjukkan perlambatan lanjutan pada November.
Data awal yang dihimpun oleh Bloomberg Economics dari pasar keuangan dan perusahaan-perusahaan menunjukkan berlanjutnya gambaran yang memburuk untuk kinerja perdagangan, sentimen manajer penjualan, dan harga pabrik (factory price).
Meski tensi China dengan Amerika Serikat (AS) mereda sejak kedua belah pihak bulan lalu mengumumkan pembicaraan menuju kesepakatan dagang “fase satu”, indikator utama untuk arus perdagangan di Asia, ekspor Korea Selatan, masih berkontraksi hampir 10 persen dalam 20 hari pertama bulan November.
Kontraksi itu mengindikasikan bahwa perdagangan teknologi tinggi di seluruh kawasan tersebut masih bergulat menjelang musim belanja Natal.
Penurunan yang lebih cepat dalam harga barang-barang dari pabrik-pabrik China pada November juga menunjukkan lesunya permintaan domestik.
Jika efek deflasi itu berlanjut maka akan semakin membebani laba perusahaan di dalam negeri dan pada akhirnya menurunkan harga dan laba di luar negeri.
"Mengingat permintaan global yang lemah dan ketidakpastian seputar pembicaraan perdagangan, pertumbuhan China harus lebih bergantung pada permintaan domestik. Namun, yang mengkhawatirkan, deflasi pabrik China berlanjut dan mendalam,” papar Qian Wan dari Bloomberg Economics.