Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menggandeng sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka meningkatkan penjualan produk komersial, terutama beras premium dan khusus.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan dua BUMN, yakni PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. (Persero) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. (Persero) untuk pengadaan kebutuhan pangan pegawai setiap bulannya.
Menurutnya, kerja sama itu merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan volume penjualan dan pendapatan Bulog dari produk komersial sampai dengan 50%.
“Kerjasama sudah dimulai 2 bulan lalu untuk penyediaan 25.000 paket kebutuhan pangan bagi karyawan BNI per bulannya. Kemudian untuk BRI [juga] sudah dimulai penyediaan 40.000 paket kebutuhan pangan. Harapannya bisa ditingkatkan untuk seluruh karyawan dan juga BUMN lainnya,” katanya di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Buwas itu mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan kedepannya Bulog akan bekerjasama untuk pengadaan paket kebutuhan pangan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), anggota Polisi Republik Indonesia (Polri) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), hingga pegawai swasta di berbagai perusahaan.
Dia menyebut paket kebutuhan pangan yang disediakan oleh Bulog bisa disesuaikan dengan keinginan atau kemampuan dari masing-masing instansi atau perusahaan.
Baca Juga
“Nantinya kami akan menawarkan juga untuk memenuhi kebutuhan pangan ASN, anggota Polri dan TNI. Untuk perusahaan swasta ini sudah ada yang berminat dan ingin mengambil paket [kebutuhan pangan] untuk karyawannya dari kami. Paketnya seperti apa? Ya tergantung pesanannya, tetapi yang jelas berasnya premium yang komersial ya,” paparnya.
Buwas menambahkan paket kebutuhan pangan tersebut nantinya diantar langsung ke rumah masing-masing pegawai tanpa ada tambahan ongkos kirim.
Adapun saat ini Bulog diketahui telah bekerjasama dengan PT Istoreisend Elogistic Indonesia dan PT Jalur Nugraha Express (JNE) untuk penyaluran produk-produk komersial, termasuk yang dijual melalui toko daring PangananDotCom di berbagai platform dagang el.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bisnis Perum Bulog Imam Subowo mengatakan pihaknya saat ini terus berupaya untuk meningkatkan volume penyerapan beras komersial, baik premium maupun khusus dari petani untuk menghadapi kemungkinan lonjakan permintaan paket kebutuhan pangan, terutama dari BUMN.
Saat ini, volume beras komersial yang diserap oleh Bulog dari petani diketahui sebanyak 170.000 ton dari total target penyerapan beras 2019 sebanyak 1,8 juta ton.
“[Volume] penyerapan beras komersial Bulog ini tentunya harus ditingkatkan untuk mendukung program ini. Tetapi peningkatan tersebut tidak akan mengurangi penyerapan beras untuk Cadangan Beras Pemerintah yang tahun depan [volumenya sebanyak] 1,6 juta ton. Saat ini, beberapa BUMN menyatakan minatnya bekerjasama dengan kami,” katanya.
Adapun, BUMN yang saat ini telah menyatakan minatnya bekerjasama dengan Bulog untuk pengadaan paket kebutuhan pangan bagi pegawainya adalah PT Jasa Marga Tbk. (Persero). Kemudian, dia mengungkapkan bahwa Bulog juga tengah melakukan penjajakan dengan beberapa BUMN, termasuk diantaranya adalah Holding Perkebunan Nusantara atau PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero).
“Jasa Marga sudah menyatakan minatnya langsung kepada kami dan setelah peresmian toko daring PangananDotCom akan kami eksekusi. Kami yakin BUMN lainnya akan merapat ke kami untuk pengadaan kebutuhan pangan pegawai mereka setelah ini setelah mengetahui kualitas produk kami dan harga yang kompetitif,” ungkapnya.
Lebih lanjut Imam menjelaskan harga yang dipatok oleh Bulog untuk beras premium kompetitif lantaran sebagian diantaranya berada di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan. Dia mencontohkan beras premium yang dijual dalam kemasan ukuran 5 kilogram (kg) ada yang dijual seharga Rp 58 ribu.
“Kami tidak terpaku pada HET, apabila memungkinkan beras premium dijual dibawah HET ya kami jual seperti itu agar kompetitif. Ada yang dijual Rp58 ribu per 5 kg, jauh dibawah HET yang Rp64 ribu per 5 kg (Rp12.800 per kg),” ujarnya.
Untuk paket kebutuhan pangan yang sudah disalurkan oleh Bulog, Imam menjelaskan sejauh ini terdiri dari beras premium sebanyak 5 kg dan beras khusus sebanyak 2 kg senilai Rp150.000 kepada 25.000 pegawai BNI sejak Oktober 2019. Adapun untuk pegawai BRI sebanyak 40.000 baru akan dimulai dalam waktu dekat.
Artinya, pendapatan yang telah diterima Bulog dari penjualan paket kebutuhan pangan hingga saat ini mencapai Rp7,5 miliar dari 50.000 paket.
Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar mengatakan pihaknya tengah berupaya agar volume penyerapan beras premium dan khusus dari petani bisa ditingkatkan sampai dengan 500.000 ton pada 2020 seiring dengan menurunnya volume penyerapan beras medium untuk CBP dari 1,8 juta ton menjadi 1,2 ton. Namun, peningkatan volume penyerapan beras medium dan khusus tersebut menurutnya baru bisa tercapai apabila benar-benar terjadi peningkatan permintaan.
“Penyerapan beras komersial ini masih rendah, perlu ditingkatkan lagi, tetapi harus melihat juga bagaimana permintaan pasarnya bagaimana,” ujarnya.
Pasalnya, peningkatan tersebut perlu mempertimbangkan kapasitas gudang milik Bulog di sejumlah daerah yang kini dipenuhi oleh CBP yang sulit disalurkan baik melalui operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dan penyaluran program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT). Total kapasitas seluruh gudang Bulog diketahui mencapai 3,6 juta ton, sedangkan stok CBP yang tersimpan sebanyak 2,3 juta ton.
Adapun, terkait dengan penumpukan stok CBP di gudang milik Bulog, menurut Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Musdalifah terjadi lantaran implementasi program BPNT yang pada September 2019 diterapkan secara langsung sepenuhnya. Alhasil Bulog kehilangan pasarnya dan kalah bersaing dengan perusahaan swasta yang juga memasarkan beras di pasar.
“Kami sudah mendengarkan semua keluhan Bulog, sebenarnya tidak sepenuhnya sulit disalurkan. Tetapi memang produksi [beras] kita ini banyak. Stok CBP di [gudang milik] Bulog itu ya milik pemerintah. Memang harus dijaga dan keluarnya agak lambat. Kami upayakan bisa segera disalurkan lebih cepat,” katanya.
Kemudian terkait dengan penurunan target penyerapan beras medium untuk CBP dan upaya Bulog meningkatkan penyerapan beras premium dan khusus, menurut Musdalifah tidak menjadi persoalan apabila produksi dalam negeri masih mencukupi. Namun yang jelas, berapapun target penyerapan beras medium oleh Bulog pemerintah memastikan bahwa harga masih akan tetap stabil alias tidak ada gejolak.