Bisnis.com, JAKARTA - Para pelaku manufaktur nasional memperkirakan penurunan impor bahan baku dan barang modal bakal berlangsung sepanjang kuartal IV/2019 sejalan dengan langkah produsen mengerem produksi di tengah melemahnya konsumsi domestik.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengakui bahwa penurunan impor bahan baku dan barang modal di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) terjadi pada Oktober 2019. Para produsen, katanya, mulai mengerem produksi dan ekspansi di tengah penurunan konsumsi domestik. Apalagi produk TPT bukan menjadi produk prioritas bagi masyarakat.
"Daya beli masyarakat bertumpu pada makanan dan minuman, cicilan motor dan sebagainya, sedangkan tekstil berada di urutan kesekian. Itu membuat pelaku tekstil sedikit mengurangi [eskpansi]," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (15/11/2019).
Kondisi ini, kata Ade, masih akan berlanjut hingga akhir kuartal IV/2019. Namun, katanya, hal itu hanya akan terjadi untuk produksi dalam negeri.
Permintaan impor bahan baku dan barang modal untuk tujuan ekspor diyakini masih akan bertumbuh. "Untuk domestik masih akan sama, tetapi untuk kebutuhan ekspor masih tetap tumbuh. Awal tahun depan baru akan tumbuh lagi."
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengakui bahwa penurunan impor barang modal dipengaruhi oleh kondisi ketidakpastian di dalam negeri akibat kondisi politik. Alhasil, realisasi investasi di sektor tersebut masih tertahan.
"Barang modal turun karena untuk investasi belum semua terealisasi tahun ini karena ketidakpastian akibat pelantikan presiden," ujarnya.