Bisnis.com, JAKARTA – Pertemuan tahunan maskapai penerbangan Asia Pasifik, Association of Asia Pacific Airlines (AAPA), yang direncanakan digelar di Hong Kong pada pekan depan, telah dibatalkan karena memanasnya aksi protes di kota itu.
AAPA dan Cathay Pacific Airways Ltd., tuan rumah pertemuan tahun ini, menyatakan memutuskan untuk membatalkan agenda tersebut setelah melalui pertimbangan.
"Ini adalah keputusan yang sangat sulit, mengingat komitmen kami untuk menyelenggarakan acara industri yang penting ini, tetapi keputusan ini untuk keamanan karena ketidakpastian situasi di Hong Kong,” terang AAPA dalam pernyataannya.
“Pada saat yang sama, keamanan para delegasi dan tamu kami selalu merupakan hal yang terpenting,” imbuhnya, seperti dilansir melalui Bloomberg, Kamis (14/11/2019).
Pertemuan yang dihadiri para eksekutif maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik itu sedianya akan berlangsung pada 21 dan 22 November mendatang.
Pertemuan AAPA diadakan setiap tahun, dimana 15 maskapai penerbangan di dalamnya bergantian menjadi tuan rumah. Pada 2018, pertemuan untuk membahas isu-isu industri penerbangan ini diadakan di Korea Selatan dan diselenggarakan oleh Korean Air Lines Co.
Sementara itu, aksi protes yang mencengkeram Hong Kong selama lima bulan terakhir telah memunculkan kekerasan dan bentrokan yang belum pernah terjadi antara pihak kepolisian dan pengunjuk rasa.
Berangkat dari penolakan atas rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan ekstradisi ke China daratan, aksi demonstrasi telah meluas untuk menuntut demokrasi yang lebih besar di wilayah yang dikendalikan pemerintah China itu.
Para pengunjuk rasa melumpuhkan sebagian besar kota Hong Kong pekan ini dengan mengganggu aktivitas jalur kereta bawah tanah dan memblokir jalanan.
Gas air mata telah ditembakkan oleh polisi di beberapa bagian kota, termasuk distrik keuangan Pusat, dan telah terjadi bentrokan dengan mahasiswa di sejumlah universitas.
Pergolakan yang dimulai pada Juni tersebut serta merta mengancam status Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional sekaligus mendorong ekonominya ke dalam resesi dan mencederai bisnis, termasuk maskapai penerbangan utamanya, Cathay Pacific.