Bisnis.com, JAKARTA – Pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dinilai paling sesuai dikembangkan di Kepulauan Seribu karena akan menghasilkan biaya yang lebih murah ketimbang mesin diesel generator.
Apalagi, tidak ada tempat pengisian bensin resmi di wilayah Kepulauan Seribu sehingga kebutuhan solar untuk membangkitan mesin diesel perlu melakukan upaya khusus.
Direktur Institute For Essential Services (IESR) Fabby Tumiwa menilai Kepulauan Seribu cocok mengembangkan pembangkit hybrid dengan kombinasi antara PLTS dan diesel maupun PLTS dan battery storage. Selain itu, menurutnya, perlu juga dijajaki pengembanganm pembangkit listrik tenaga angin skala 1 MW.
“Ini bisa jadi solusi yang cost effective,” katanya kepada Bisnis, Kamis (14/11/2019).
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mengatakan PLTS sangat sesuai sebagai sumber energi listrik di kepulauan kecil, seperti halnya di Kepulauan Seribu. Hal tersebut karena PLTS memiliki biaya operasi rendah dan modular yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Menurutnya, meskipun Kepulauan Seribu sudah terhubung dengan kabel laut, tetap saja ada risiko interupsi penyaluran listrik karena masalah teknis. Bahkan, kabel laut dinilai memerlukan biaya mahal apabila beban yang terhubung kecil sehingga biaya penyaluran menjadi meningkat.
Baca Juga
“Biaya pembangkitan listrik PLTS memang relatif mahal, namun dibandingkan dengan PLTD, sudah mulai bersaing,” katanya.
Sementara itu, PLN memang berencana membangun PLTS di Pulau Sebira, Kepulauan Seribu. Pengadaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Pulau Sebira senilai Rp30 miliar mulai memasuki tahap lelang pengadaan kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC).
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya Ikhsan Asaad menargetkan dalam satu bulan ke depan pemenang lelang akan dirilis. Hingga saat ini lelang telah diikuti sebanyak delapan kontraktor yang semuanya berasal dari dalam negeri.
Ikhsan optimistis pada Maret 2020 nanti pembangkit berkapasitas 400 kilowatt peak (kWp) tersebut dapat beroperasi komersial (commercial operation date/COD).
Nantinya, pemasangan PLTS di Pulau Sebira tersebut juga akan didukung baterai penyimpan daya berkapasitas 800 kWh. Keduanya direncanakan akan dioperasikan secara hybrid .
“Kami sedang memproses tender PLTS 400 kWp di Pulau Sebira, kenapa? karena tarik kabel tidak mungkin, terlalu jauh dan teknis tidak memungkinkan sehingga kita kembangkan PLTS,” katanya.