Bisnis.com, JAKARTA – Moody’s Investors Service memangkas outlook rating kredit India menjadi negatif di tengah kekhawatiran mengenai berlanjutnya perlambatan ekonomi dan utang yang meningkat.
Moody’s juga memproyeksikan defisit anggaran sebesar 3,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun hingga Maret 2020 atau melampaui target pemerintah sebesar 3,3 persen, saat pertumbuhan yang lebih lambat dan pemotongan pajak perusahaan membatasi pendapatan.
Prospek pertumbuhan India telah memburuk tahun ini, ketika krisis yang dimulai pada industri shadow banking menjalar ke bisnis ritel, produsen mobil, penjualan rumah, dan industri berat.
Pada kuartal II/2019, PDB India hanya tumbuh 5 persen, terendah dalam enam tahun. Moody’s melihat kecilnya peluang bagi ekonomi India untuk mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan pada ataupun di atas 8 persen.
“Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan berkepanjangan akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan dan laju peningkatan standar hidup,” ujar William Foster, wakil presiden Moody’s Sovereign Risk Group, dalam sebuah pernyataan.
“Hal itu juga dapat membatasi opsi-opsi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan investasi yang tinggi dan berkelanjutan dalam jangka menengah hingga panjang,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
Menyusul pemangkasan rating tersebut, indeks futures Nifty 50 SGX turun dan nilai tukar rupee India melemah terhadap dolar AS.
Penurunan itu juga memberi tekanan tambahan kepada otoritas India untuk mendorong ekonomi meskipun mereka memiliki ruang terbatas untuk bergerak. Sepanjang tahun ini, bank sentral Reserve Bank of India telah memangkas suku bunga sebanyak lima kali.
Investor, menurut Moody’s, akan memantau data PDB India untuk melihat tanda-tanda pelemahan lebih lanjut dalam jangka panjang, yang dapat menghasilkan perubahan negatif lain.
Di sisi lain, stabilisasi di sektor keuangan non-bank akan positif dan dapat menunjukkan kurangnya risiko perluasan dampak negatif ke bank-bank.