Bisnis.com, JAKARTA – Defisit transaksi berjalan pada tahun ini diperkirakan tidak akan melampaui 3% dari PDB.
Prospera Lead Adviser, Anton H. Gunawan menyatakan sampai akhir tahun ini, dia memprakirakan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), akan berada pada kisaran 2,8% sampai 3% dari PDB.
Menurut Anton, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan CAD sangat berkorelasi dan juga tergantung dari pencapaian pertumbuhan ekonomi setiap kuartal. Padahal, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2019 juga tumbuh melambat dari kuartal sebelumnya 5,05% (yoy) menjadi 5,02% (yoy).
“Sampai kuartal II/2019 lalu itu katakanlah 2,98% sampai 3% dari PDB, ini kita bisa lihat kasarnya saja sekarang ini ekspor turun, impor juga turun, namun impor lebih besar jadi ekspor masih surplus,” terang Anton di Le Meridien kepada Bisnis.com, Kamis (7/11/2019).
Secara khusus untuk kuartal III/2019 ini, Anton menilai neraca jasa melalui remitansi masih akan menjadi salah satu penopang dalam pencatatan surplus pada neraca pembayaran. Alhasil, dengan pencatatan pertumbuhan PDB yang cenderung melambat, Anton menilai kinerja perbaikan CAD tidak akan terlalu progresif tahun ini.
“Maka buat saya, CAD sampai akhir tahun tidak akan terlalu jauh dari 3%. Kalaupun membaik tidak akan terlalu baik,” sambungnya.
Bisnis.com mencatat, neraca perdagangan barang kuartal II/2019 surplus US$0,2 miliar lebih rendah dari surplus kuartal I/2019 sebesar US$1,2 miliar. Sementara itu neraca perdagangan jasa mengalami defisit US$2 miliar pada kuartal II/2019, yang mana lebih tinggi dari kuartal sebelumnya defisit US$1,9 miliar. Selain itu faktor musiman berupa kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri juga meningkatkan defisit pendapatan primer.
Kondisi ini mengakibatkan pada kuartal II/2019 lalu, CAD meningkat dari US$7,0 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal I/2019, menjadi US$8,4 miliar atau 3,0% dari PDB. Kinerja tersebut dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga komoditas yang turun.
Dengan perkembangan tersebut, pada kuartal II/2019 meski masih mengalami defisit US$2,0 miliar dolar AS, NPI semester I/2019 tetap mencatat surplus sebesar US$0,4 miliar.
Pada kuartal II/2019, penolong NPI adalah surplus neraca transaksi modal dan finansial yang tinggi. Selain itu posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2019 tercatat sebesar US$123,8 miliar, setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.