Bisnis.com, JAKARTA–Konsumsi dan investasi domestik perlu dijaga dalam rangka meminimalisir dampak dari perlambatan ekonomi akibat perang dagang AS dan China yang tak kunjung usai.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Malam Silaturahmi Keluarga Besar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Tahun 2019 di Hotel JS Luwansa, Jumat (1/11/2019).
Sri Mulyani mengatakan perekonomian domestik hingga saat ini masih tahan banting dengan inflasi yang tetap terjaga akibat besarnya kontribusi dari konsumsi dan investasi.
"Konsumsi dan investasi adalah dua faktor yang mempengaruhi lebih dari 80 bahkan mendekati 90% dari ekonomi kita. Artinya, kalau kita ingin menjaga perekonomian kita dari pengaruh global, just pastikan bahwa dua ini tetap terjaga,” ujar Sri Mulyani sebagaimana dilansir di web resmi Kemenkeu, Senin (4/11/2019).
Sri Mulyani mencontohkan meski eskpor tertekan ke angka negatif, pertumbuhan ekonomi tetap bisa terjaga di angka 5% karena konsumsi dan investasi masih tetap terjaga pada angka 5%.
Oleh karena itu, ke depan pemerintah akan memperkuat industri dalam negeri karena sektor ini memiliki peran besar dalam menggairahkan konsumsi serta investasi.
Namun, dalam presentasinya pada Malam Silaturahmi Keluarga Besar ISEI Sri Mulyani mencatat bahwa sektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB yakni industri, perdagangan, dan pertanian masih cenderung tumbuh di bawah rata-rata nasional.
Per semester I/2019, sektor industri tercatat tumbuh 3,7% (yoy) dan hal yang sama juga terjadi pada sektor pertanian. Adapun sektor perdagangan tercatat masih tumbuh lebih tinggi yakni mencapai 4,9% (yoy).
Perlemahan dari ketiga sektor tersebut juga nampak dari sumbangsihnya terhadap penerimaan pajak.
Per 30 September 2019, pertumbuhan penerimaan pajak dari sektor industri tercatat mengalami kontraksi pada angka -3,2% (yoy). Padahal, penerimaan pajak dari sektor ini pada periode yang tahun lalu mampu tumbuh 11,7% (yoy).
Adapun untuk penerimaan pajak dari sektor perdagangan juga tercatat tumbuh melambat dengan laju pertumbuhan sebesar 2,8% (yoy), lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 11,7% (yoy).
Perlu dicatat, bahwa dua sektor ini memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak hingga 50%.