Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Testimoni Tragedi 737 MAX, CEO Boeing: Kami Membuat Kesalahan

CEO Boeing Dennis Muilenburg dikabarkan akan maju ke hadapan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dan mengakui kesalahan yang dibuat pabrikan pesawat terbang ini terhadap model 737 MAX.
CEO Boeing Dennis Muilenburg berbicara di acara makan siang klub Ekonomi New York di New York City, New York, AS, 2 Oktober 2019./Reuters
CEO Boeing Dennis Muilenburg berbicara di acara makan siang klub Ekonomi New York di New York City, New York, AS, 2 Oktober 2019./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – CEO Boeing Dennis Muilenburg dikabarkan akan maju ke hadapan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dan mengakui kesalahan yang dibuat pabrikan pesawat terbang ini terhadap model 737 MAX.

Muilenburg akan menjadi pejabat pertama dari Boeing yang secara terbuka menyampaikan testimoni tentang peran manufaktur asal AS ini dalam dua tragedi jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX.

Kedua tragedi yang terjadi hanya berselang sekitar lima bulan, masing-masing pada Oktober 2018 dan Maret 2019, tersebut telah menewaskan total 346 orang dan berujung pada rusaknya kepercayaan publik untuk Boeing.

Menurut salinan testimoni yang dirilis oleh perusahaan, Muilenberg akan mengakui kesalahan Boeing di depan Komite Perdagangan Senat AS pada Selasa (29/10/2019) waktu setempat.

“Kami tahu kami telah melakukan kesalahan. Kami mengakuinya dan sedang memperbaikinya,” ungkap Muilenburg, seperti dilansir melalui Bloomberg.

“Kami telah mengembangkan perbaikan-perbaikan pada 737 MAX guna memastikan bahwa kecelakaan-kecelakaan seperti ini tidak pernah terjadi lagi,” lanjutnya.

Dalam pernyataannya itu, Muilenburg tidak menjelaskan tentang bagaimana kegagalan desain dan uji coba oleh Boeing.

Namun kubu Demokrat, yang akan memimpin sesi dengar di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada Rabu (30/10), mengisyaratkan bahwa kesalahan yang sebelumnya tidak diketahui menjadi salah satu masalah yang akan ditanyakan oleh anggota parlemen kepada Muilenberg.

Para teknisi Boeing menyimpulkan bahwa model pesawat ini menghadapi potensi bencana jika fitur keselamatan yang terlibat dalam kecelakaan tersebut diaktifkan hanya untuk 10 detik tanpa pilot mengenalinya dan merespons dengan tepat, menurut Perwakilan Demokrat Peter DeFazio, yang berlaku sebagai Ketua Komite Transportasi.

“Hal itu tidak pernah dikomunikasikan dengan jelas kepada FAA (Federal Aviation Administration), sejauh yang kami ketahui. Apakah ini disengaja atau tidak?" ujar DeFazio kepada wartawan pada Senin (28/10/2019).

Penyampaikan testimoni Muilenburg di depan Parlemen AS bertepatan dengan peringatan satu tahun kecelakaan pertama, ketika Boeing 737 MAX yang diperasikan Lion Air jatuh ke Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas.

Kurang dari lima bulan setelah kecelakaan di Indonesia, sebuah pesawat Ethiopian Airlines bermodel sama jatuh menghantam daratan Ethiopia.

Kedua tragedi ini serentak mendorong larangan terbang pesawat jet terlaris Boeing tersebut dan mengguncang kepercayaan akan integritas perusahaan.

Boeing telah mendesain ulang perangkat lunak kontrol penerbangan yang terkait dengan kecelakaan itu, dikenal sebagai MCAS, untuk memastikan bahwa sistem ini tidak lagi memiliki titik kegagalan dan tidak dapat diaktifkan berulang kali.

MCAS - kependekan dari Maneuvering Characteristics Augmentation System – diketahui dipicu oleh pembacaan sensor yang salah dalam kedua tragedi itu.

Dalam testimoninya nanti, Muilenberg dipastikan akan dicecar pertanyaan oleh para senator AS. Ted Cruz, seorang tokoh Republik, mengatakan ia akan fokus pada pembahasan bagaimana kecelakaan itu terjadi.

"Apa yang salah pada proses pengaturan? Mengapa mereka keluar dari sistem pelatihan di mana pilot tidak diberi tahu tentang operasi baru ini yang dapat membahayakan sistem? Dan bagaimana kita memperbaikinya? Bagaimana kita bisa menjadi lebih baik?” tutur Cruz dalam sebuah video sebelum sesi dengar.

Muilenburg mengakui bahwa Boeing telah melakukan pekerjaan yang buruk dalam menjelaskan fungsi kontrol penerbangan kepada para pilot.

Sementara itu, pihak regulator penerbangan AS sepakat untuk menghapus MCAS dari manual pengoperasian awak pesawat berdasarkan permintaan seorang pejabat Boeing.

"Pelanggan maskapai kami dan pilot-pilot mereka telah memberi tahu kami bahwa mereka tidak yakin kami telah cukup mengkomunikasikan tentang MCAS dan kami mendengarnya,” tutur Muilenburg dalam testimoni nanti.

Boeing, tambah Muilenberg, telah bekerja sama dengan pihak maskapai dan pilot untuk menguji perangkat lunak yang dirancang ulang serta menawarkan umpan balik tentang materi pelatihan dan pendidikan.

Lebih lanjut menurut DeFazio, anggota parlemen AS tengah mempertimbangkan untuk membuat perubahan pada undang-undang saat ini, yang memungkinkan FAA untuk mewakili karyawan pabrik pesawat terbang seperti Boeing untuk mengesahkan desain. Meski FAA terlibat dalam tahap awal persetujuan MCAS, otoritas ini sebagian besar menyerahkan pengawasan kepada Boeing ketika sistem berevolusi.

Evolusi tersebut, yang membuat perangkat lunak itu mampu melakukan gerakan menukik yang lebih agresif, disebutkan dalam laporan akhir Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk kecelakaan Lion Air.

DeFazio juga bermaksud untuk mengupayakan undang-undang yang akan membatasi kemampuan Boeing dan manufaktur lainnya untuk membuat perubahan pada pesawat eksisting tanpa harus mensertifikasi ulang dari awal.

Jika terwujud, langkah ini berpotensi menambah biaya dan waktu baru untuk proses persetujuan pesawat baru seperti Boeing 777X.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper