Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah upaya akan dilakukan PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) untuk menyehatkan keuangan perusahaan. Pembangunan pabrik baru dan integrasi sistem menjadi beberapa proyek yang akan dilakukan.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama TubanPetro Sukriyanto saat ditemui di Kantor Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Jakarta pada Jumat (18/10).
Salah satu cara yang akan dilakukan adalah peningkatan kapasitas produksi propylene salah satu anak usaha TubanPetro, yakni PT Polytama Propindo. Pabrik PT Polytama Propindo yang sebelumnya memproduksi 240 ribu metrik ton per tahun nantinya akan dapat memproduksi 350.000 metrik ton per tahun.
Sukriyanto mengatakan, rencana ini sudah dirancang sejak dua tahun lalu dan diperkirakan akan menelan biaya US$17,5 juta. Biaya tersebut terdiri atas modal awal dan pinjaman untuk konstruksi pabrik.
Rencananya produksi pertama akan diresmikan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata pada minggu depan.
“Selain itu, Kami juga akan membuat pabrik penghasil polypropylene kedua pada PT Polytama Propindo. Ini kami buat karena impor jenis ini masih cukup besar, sekitar 60%. Perkiraan biayanya sebesar US$400 juta,” jelasnya
Baca Juga
Selanjutnya, TubanPetro juga akan membuat pabrik pembuatan bahan baku propylene secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan domestik sekaligus menambah pendapatan melalui impor ke berbagai negara
Menurutnya, bahan dasar propylene yang akan dibuat pabrik tersebut adalah propan. Dengan bahan tersebut, lanjutnya, biaya produksi propylene akan lebih murah.
Saat ini, progres pembangunan pabrik ini masih dalam tahap feasibility studies. Ia memperkirakan front-end design pabrik yang diperkirakan akan bernilai US$300 juta tersebut dapat dikeluarkan pada Januari 2020 dan beberapa waktu setelahnya pembangunan pabrik dapat dimulai.
Selain itu, TubanPetro juga akan merampungkan integrasi dengan Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) terkait pembangunan pabrik olefin. Integrasi tersebut akan dilakukan dengan PT Pertamina mengingat Pertamina memiliki 48% saham TPPI.
Pembangunan pabrik olefin akan menelan biaya sekitar US$5 miliar hingga US$6 miliar. Sukriyanto mengatakan, besarnya uang yang dibutuhkan karena pembangunan pabrik olefin juga harus diintegrasikan dengan pabrik polypropylene dan polyethylene.
“Karena sumber-sumber pemasukan yang besar terletak pada produk downstreamnya, diantaranya polypropylene dan polyethylene,” jelasnya.
Secara keseluruhan, lanjutnya, proyek-proyek tersebut membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat tahun untuk rampung. Sukriyanto meyakini, setelah proyek-proyek tersebut selesai, Indonesia dapat menekan biaya impor dari sektor ini dan mendapat keuntungan yang cukup besar dari ekspor propylene.