Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batan dan PT Timah (TINS) Eksplorasi Logam Tanah Jarang di Mamuju

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bersama PT Timah Tbk. tengah melakukan eksplorasi kandungan mineral tanah jarang di Mamuju, Sulawesi Barat. 
Ekskavator mengangkut tanah ke truk di tambang terbuka milik PT Timah Tbk. di Pemali, Bangka, Indonesia, Kamis (25/7/2019)./Reuters-Fransiska Nangoy
Ekskavator mengangkut tanah ke truk di tambang terbuka milik PT Timah Tbk. di Pemali, Bangka, Indonesia, Kamis (25/7/2019)./Reuters-Fransiska Nangoy

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bersama PT Timah Tbk. tengah melakukan eksplorasi kandungan mineral tanah jarang di Mamuju, Sulawesi Barat. 

Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir Batan Yarianto Sugeng Budi Susilo mengatakan eksplorasi telah dilakukan sejak 2013 dan masih berlangsung saat ini. Baru pada tahun ini, PT Timah ikut serta menjadi mitra dalam melakukan eksplorasi di wilayah tersebut. 

Lantaran eksplorasi masih dilakukan, belum dapat dipastikan berapa sumber daya maupun cadangan logam tanah jarang (LTJ) yang ada di lokasi tersebut. 

Meskipun demikian, dia menilai wilayah tersebut memiliki hampir ketujuh belas unsur logam tanah jarang, terutama yang diprediksi terbesar adalah lantanum sebagai bahan baku baterai mobil listrik. 

"2013 kita menemukan anomali radioaktivitas di Mamuju, Sulawesi Barat, sehingga tertarik. secara geologi disitu tidak ada uranium dan thorium. Saat ini kita sedang melakukan eksplorasi," katanya, Selasa (16/10/2019).

Sementara itu, diakuinya eksplorasi memang membutuhkan waktu lama untuk dilakukan karena proses yang diperlukan masih panjang. Saat ini, penambangan masih dilakukan pada kedalaman 3 sampai 4 meter. 

Eksplorasi dilakukan mulai dari studi geologi mengenai prospek wilayah, melakukan pengujian radiasi gama, pemetaan struktur geologi meliputi sejarah wilayah, survei geofisika, hingga pengeboran. 

Menurutnya, hingga saat ini pihaknya baru menemukan sumber daya tereka yang perlu pengujian lebih lanjut untuk memastikan kandungan logam tanah jarang di wilayah tersebut. Setidaknya dengan sumber daya tereka, masih ada kesalahan sebesar 30% hingga 40% dalam membuktikan kandungan sumber daya logam tanah jarang tersebut. 

"Luas yang kita teliti sudah ratusan hektare, terdiri dari banyak site. Eksplorasi memang prosesnya masih panjang," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper