Bisnis.com, JAKARTA — Penandatanganan perjanjian pendahuluan divestasi saham 20% PT Vale Indonesia menandai dimulainya kerja sama strategis pengelolaan sumber daya mineral bersama holding industri pertambangan (Mining Industry Indonesia/MIND ID).
Group CEO MIND ID Budi Gunadi Sadikin mengatakan penandatanganan perjanjian ini adalah langkah awal dimulainya kerja sama strategis jangka panjang antara MIND ID dan emiten dengan kode saham INCO tersebut. Perjanjian pendahuluan ini selanjutnya akan diikuti beberapa perjanjian definitif utama.
Divestasi 20% saham INCO merupakan kewajiban dari amendemen Kontrak Karya (KK) pada 2014 antara INCO dan pemerintah yang harus dilaksanakan 5 tahun setelah amandemen tersebut.
KK INCO akan berakhir pada akhir 2025 dan dapat diubah atau diperpanjang menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sesuai peraturan perundang-undangan.
Adapun, pemegang saham INCO saat ini antara lain VCL sebesar 58,73%, SMM sebesar 20,09% dan publik sebesar 20,49%.
Pemerintah telah menunjuk PT Inalum (Persero), holding industri pertambangan yang saat ini telah memiliki identitas baru sebagai MIND ID, untuk mengambil saham divestasi Vale. Langkah ini sesuai dengan mandat MIND ID untuk mengelola cadangan mineral strategis Indonesia dan mendorong penghiliran industri pertambangan nasional.
“Partisipasi MIND ID di perusahaan tambang kelas dunia seperti Vale Indonesia [Brazil] dan Freeport Indonesia [Amerika Serikat], merupakan bukti keberhasilan Indonesia dalam menjaga dan menarik investasi perusahaan global ke industri pertambangan nasional,” katanya dalam siaran pers, Senin (14/10/2019).
Melalui kepemilikan 20% saham di Vale Indonesia dan 65% saham di PT Antam Tbk., MIND ID memiliki akses terhadap salah satu cadangan dan sumber daya nikel terbesar dan terbaik dunia.
Ke depan, akses ini secara strategis akan mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir berbasis nikel di Indonesia, baik hilirisasi industri nikel menjadi stainless steel, maupun penghiliran industri nikel menjadi baterai kendaraan listrik.
"Akses ini juga akan mempercepat program hilirisasi industri nikel domestik yang akan menghasilkan produk hilir dengan nilai ekonomis hingga 4-5 kali lipat lebih tinggi dari produk hulu," kata Budi.