Bisnis.com, PADANG – Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) memproyeksikan impor produk petrokimia pada 2023 akan ditekan menjadi 50%. Asosiasi menyatakan perkiraan tersebut telah memperhitungkan proyeksi pertumbuhan konsumsi plastik pada 2023.
Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiyono mengatakan konsumsi hasil produksi industri petrokimia pada 2023 diperkirakan lebih dari 2 juta ton per tahun, sedangkan volume impor lebih dari 1 juta per tahun.
Menurutnya, investasi ke industri petrokimia harus terus ditingkatkan pasca 2025 agar proporsi impor tersebut tidak kembali seperti semula.
“Kita kan [konsumsi plastik] per kapitanya masih 23 kilogram per tahun. Dengan PDB [produk domestik bruto] naik, otomatis konsumsi [plastik per kapita] naik. Konsumsi naiknya sekitar 25 kilogram per tahun. Artinya, kalau tidak ada penambahan lagi setelah 2025, nanti impornya akan naik lagi,” katanya kepada Bisnis, Selasa (8/10/2019).
Fajar mengatakan mulai berproduksinya pabrik baru PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. (CAP) dan PT Lotte Chemichal Titan Tbk. pada 2023 akan membuat kapasitas terpasang produksi polipropilena (PP) dan polietilena (PE) menjadi masing-masing 50% dan 45% dari total konsumsi nasional.
Adapun, CAP akan menambah kapasitas terpasang PP dan PE melalui pabrik CAP II di Cilegon. CAP nantinya akan memiliki kapasitas terpasang produksi PP sekitar 1,6 juta ton per tahun, sedangkan PE sebesar 1,6 juta ton per tahun.
Sementara itu, pabrikan Lotte yang ditargetkan akan memproduksi PE pada 2022 memiliki kapasitas terpasang PE sebesar 1 juta ton per tahun.
Fajar mengatakan kendala masuknya investasi baru ke industri petrokimia adalah stigma negatif masyarakat dan regulasi yang tidak menahan pertumbuhan industri pengguna produk petrokimia. Menurutnya, pengenaan cukai pada kantong plastik merupakan salah satu regulasi yang menahan masuknya investasi ke industri petrokimia.