Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan menanam 4.500 bibit mangrove di sepanjang pesisir pantai Setarap, Satui, Tanah bumbu Kalimantan Selatan.
Penanaman bibit mangrove dilakukan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Kotabaru-Batulicin digagas dan oleh Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Kotabaru sebagai salah satu gerakan antisipasi kerusakan mangrove Indonesia yang saat ini telah hilang sebanyak 1,8 juta hektare di berbagai daerah.
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Kotabaru-Batulicin (KB-BL), M. Hermawan mengapresiasi terhadap langkah yang dilakukan pihak Lanal Kotabaru dengan penanaman magrove tersebut.
"Selain sebagai upaya menyelamatkan lingkungan laut dan alam secara keseluruhan, langkah itu juga sebagai wujud kepedulian TNI AL memberikan pendidikan terhadap masyarakat betapa pentingnya menyelamatkan laut," ujarnya, Selasa (8/10/2019).
Berdasarkan catatan Global Ecol Biogeografi, dalam kurun waktu 5 tahun, Indonesia tercatat sebagai negara penyumbang pengurangan hutan mangrove terluas di dunia, yakni 4.364 km2 atau sekitar 311 km persegi per tahunnya.
Hal ini menyebabkan ekosistem udang dan laut mengalami penipisan hingga 70% jenis-jenis biota pesisir yang sebelumnya mudah ditangkap, kini sudah jarang tertangkap oleh nelayan.
Hermawan menegaskan gerakan penanaman itu harus dilakukan rutin oleh seluruh masyarakat maritim baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta di sektor transportasi laut untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan maritim. Selain itu, gerakan itu penting mengingat negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang nomor dua di dunia dengan panjang 99.093 km.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang menyelamatkan lingkungan laut. Apa yang kita lakukan saat ini merupakan warisan untuk generasi berikutnya, anak cucu kita harus merasakan indahnya laut bumi pertiwi,” lanjutnya.
Sementara itu, Komandan Lanal Kotabaru Letkol Laut (P) Guruh Dwi Yudhanto berharap agar kegiatan tersebut dapat membantu merehabilitasi lahan mangrove yang rusak dan memberi kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya hutan mangrove.
Bila laju kerusakan mangrove terus dibiarkan maka akan berdampak signifikan terhadap semakin menurunnya peran jasa lingkungan yang dapat diberikan ekosistem mangrove, seperti dalam hal mitigasi perubahan iklim, pengendali berbagai macam bentuk pencemaran lingkungan, menangkap dan menyimpan karbon.
"Keberadaan hutan mangrove mempunyai keistimewaan dalam berbagai hal, baik dari aspek fisik, ekologi dan ekonomi," tuturnya.
Secara fisik, Mangrove adalah tanaman yang mempunyai akar yang banyak dan batangnya juga kokoh sehingga mampu mencegah ombak dan abrasi laut. Berdasarkan sisi Ekologi, Mangrove mampu berfungsi sebagai penyaring polusi air dan udara selain itu mangrove juga sebagai habitat tempat hidup dan berkembangbiaknya berbagai jenis ikan dan biota laut.